Serial televisi atau sering disebut sinetron di Indonesia sering di anggap sebelah mata oleh orang orang yang tidak memahami arti sebuah karya seni. Sinetron adalah salah satu bagian dari film. Namun pembuatan sebuah sinetron lebih praktis ketimbang film dan iklan.
Dalam sebuah film kita di berikan waktu 20 - 30 hari untuk pembuatan 1 tayangan. Berbeda dengan sinetron yang hanya di berikan waktu satu hari saja untuk satu tayangan. Jika kita masih memandang rendah sebuah sinetron, saya akan menjelaskan betapa hebatnya orang orang di balik layar dari sebuah sinetron.
Dalam memproduksi sebuah sinetron, diperlukanlah crew yang tangguh, cekatan, dan reaktif. Mengapa? Hal ini karena crew sinetron harus mengerjakan 40 scene lebih dalam satu hari. Dan karena hal inilah Crew yang mampu membuat sinetron sudah pasti mampu untuk membuat sebuah film atau iklan, namun sebaliknya. Crew sebuah film atau iklan belum tentu mampu membuat sebuah sinetron. Mengapa demikian???
Karena kebiasaan crew film dan iklan yang di manjakan sebuah fasilitas waktu dan lainnya tidak di dapatkan saat memproduksi sebuah sinetron, yang mana dalam produksi sinetron semua crew bergerak dengan cepat dan sistematis. Mengapa kebanyakan sinetron di Indonesia kurang menarik????
Semua itu karena apa yang di buat oleh semua crew berdasarkan perintah dari stasion dan ph yang menaungi sebuah sebuah sinetron. Kalau di bilang tidak bagus, sebenarnya kita pun selaku crew yang membuat Ingin membuat karya yang terbaik, karena kebanggaan akan sebuah karya yang di tampilkan dan di tonton banyak orang.
Menurut saya, lebih baik membuat sebuah sinetron dari pada membuat sebuah film saat ini di Indonesia. Mengapa???? Karena saya membuat sinetron untuk menghibur masyarakat tanpa harus masyarakat membayar untuk menonton tayangan tersebut. Ketimbang saya membuat film dan orang harus membayar untuk sebuah film yang kurang bagus.
Untuk sekedar pengetahuan teman teman, badan film di Indonesia sangat lemah, tidak ada standar kualitas yang baik untuk sebuah film saat ini. Dan harus kalian tau, rata rata film yang di tayangkan saat ini hanya bermodalkan alat alat standar ftv, dan mereka blow up menjadi film untuk mengambil keuntungan besar. Mungkin saat ini kalian tau beberapa film dari para stand up comedyan mereka hanya membuat memakai Go-Pro dan saat disiarkan bisa terlihat itu hasil dari GoPro dari layar teater yang hanya terbuat 3/4 bagian saja. Itu pun hasil dari gambar nya masih pecah.
Para stand up comedyan menjadi sutradara, apakah mereka benar-benar memiliki skill sebagai sutradara? Saya hanya bisa tertawa melihat ini dan sampai saat ini saya tidak mengerti mengapa mereka bisa menjadi sutradara. Pada intinya, jangan memandang rendah sebuah sinetron. Jika sinetron itu tidak bagus, itu karena keinginan dari stasion televisi nyalah yang meminta alur cerita seperti itu, karena menghasilkan pemasukan yang besar. Semua industri film di Indonesia telah diatur oleh orang orang yang mementingkan keuntungan tanpa melihat kualitas dari sebuah tayangan yang diproduksi.
Saya berharap kedepannya seluruh bidang dari film di Indonesia bisa bangkit dan memberikan tayangan yang terbaik untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H