Lihat ke Halaman Asli

Proses PKS Mengawal Suara dengan Real Count

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13971866631064992305

2014 Ini adalah pemilu ke 4 yang bisa saya ingat. Pemilu pertama di Tahun 1997 saya masih SD kelas 5. Dan saya baru mencoblos di tahun 2009 kemarin. Dari keseluruhan pemilu tersebut, saya sempat menjadi tim tabulasi di 2 pemilu diantaranya. Walaupun berbeda penyelenggaranya. Di 2004 saya jadi tim tabulasi KPU, dan di 2009 saya jadi tim tabulasi dari PKS.

Tabulasi (Real Count) adalah proses merekap data-data dari form hasil pemilu, disalin kedalam bentuk data komputer, dan diupload ke server pusat. Berbeda dengan quick count yang hanya mengambil data sampling dari beberapa TPS saja, tabulasi melibatkan data seluruh TPS sebenarnya. Salah satu tujuan dari tabulasi real count ini adalah untuk mendapatkan gambaran data utuh "sebenarnya" secepat mungkin, sekaligus berfungsi untuk"mengawal" perolehan suara. Setidaknya, begitulah teorinya. Pada 2004 KPU melakukannya di setiap kecamatan dengan tim data entry padat karya. Di 2009 KPU melakukannya sambil "sesumbar" dengan "Intelligent Character Recognition" yang sayangnya banyak kegagalan. Di tahun 2014 ini saya kurang tahu bagaimana mereka melakukannya.

Selain KPU, ternyata ada juga pihak lain yang melakukannya. Beberapa parpol melakukannya di 2014 ini secara lokal. Setahu saya, hanya PKS satu-satunya parpol yang melakukan rekap data real count secara nasional.

Perjalanan PKS untuk insiatif melakukan perekapan hasil ini pun mengalami sejarah tarik ulur panjang. Salah satu latar belakangnya ialah banyaknya kecurangan dan "pencurian kursi" dari hasil pemilu selama ini. Baik di 2004 ataupun di 2009.

Eh, "Pencurian Kursi"?

Jika Anda belum tahu, ada 2 metode umum dalam pencurian kursi. Salah satu modus adalah dengan mencuri suara sebuah partai. Menguranginya dari suara aslinya, menjadi beberapa saja, lalu memindahkannya ke partai yang dipilih. Namun itu metode yang rawan, terlebih jika ada saksi dari parpol yang dicuri, wah itu bisa tambah gawat lagi.
Namun pencuri suara tak akan kehilangan akal. Maka salah satu modus "pencurian kursi" ini adalah dengan "mentransfer" suara partai-partai yang perolehannya kecil, yang tidak akan dapat kursi di DPR, yang seringkali tak memiliki saksi, untuk kemudian ditransfer menggelembungkan suara-suara partai lain. Dua kejadian seperti ini umumnya mulai terjadi mulai tingkat kecamatan keatas.

PKS adalah salah satu partai yang pernah mengalami kerugian ini di tahun 2004 dan 2009. Menurut data dari mereka, pada 2009 saja, seharusnya mereka bisa mendapatkan 10 kursi lebih di DPR pusat andai tak ada proses pencurian kursi. Tak, heran, oleh karena itu, mereka pun memutuskan untuk melakukan proses tabulasi sendiri. Dan mereka mulai melakukannya di tahun 2009 lalu.... sayangnya waktu itu terkesan terburu-buru dan kurang persiapan.

Saya berkesempatan menjadi salah satu data entry dari PKS di Pemilu 2009 lalu. Sebagai pihak yang ikut terlibat, saya mengakui bahwa waktu itu ada banyak kekurangan. Mulai dari para saksi yang belum terlatih sehingga hanya mengisi data suara PKS doang (padahal harusnya diisi semua)., data entry yang lama, kurangnya SDM IT di beberapa daerah, dlsb. Namun toh, bagaimanapun juga, hasil yang mereka lakukan dengan sumber dayanya sudah lebih baik dari KPU sendiri yang berkutat dengan kegagalan Intelligent Character Recognition yang disombongkan itu..

Namun, di tahun 2014 ini, Alhamdulillah PKS telah belajar amat banyak dari pengalaman sebelumnya. Tim Tabulasi Real Count nasional telah dipersiapkan jauh hari, dengan sangat matang. Demikian pula dengan saksi telah dilatih dengan sebaik mungkin. Seluruh kader dan simpatisan dilibatkan penuh. Pengisiannya pun tak lagi bergantung dengan entry komputer karena bisa mengunakan SMS. Intinya diharapkan bahwa dari H+3 PKS akan segera mengetahui hasil sebenarnya. Atau setidaknya se-mendekati mungkin.

Dan mereka benar-benar serius untuk target. Di detik tulisan ini saya tulis, masih banyak kader dan simpatisan yang tak kenal lelah masih mengentry data-data. Anak-anak muda saling bergantian dengan teman mereka yang tak berhenti terus mengentry data-data rekap form C1 dari TPS. Termasuk di kota saya sekalipun. Teman saya bahkan sejak kemaren siang hanya tidur selama 2 jam. Di pertemuan tadi sore ia bahkan sampai tertidur karena tak kuat menahan kantuknya. "Mengawal Suara", begitu kata mereka.

Dan dari beberapa sumber terpercaya yang saya peroleh, diketahui bahwa hasil real count di PKS ternyata bisa berbeda dari kebanyakan hasil quick count. Jika di quick count berbagai media menunjukkan PKS di posisi ke 6 dengan kisaran suara 6,9%, hasil real count sementara di PKS menunjukkan bahwa mereka berada di posisi ke 4, dengan perolehan diatas 9%.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline