Bulan Ramadan merupakan Bulan pendidikan (tarbiyah) dan latihanan (riyadah). Sebagai umat muslim yang menunaikan ibadah puasa mendidik dan melatih dirinya untuk mengendalikan hawa nafsu. Mengapa harus dikendalikan? Karena nilai puasa seorang hamba di hadapan Allah SWT bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus, dan melakukan hubungan suami-istri selama waktu puasa, tetapi yang paling utama adalah menahan hawa nafsu.
Meski begitu, menahan hawa nafsu jauh lebih sulit daripada menahan lapar dan haus dan melakukan hubungan suami isteri. Oleh karena itu perlu perjuangan yang luar biasa. Hanya orang-orang yang mampu melakukannya yang akan menjadi pemenang pada saat idul fitri tiba. Disisi lain, masih banyak orang yang berpuasa tapi merugi karenan tidak mendapatkan apa-apa.
Menurut Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri dalam kajiannya pada minggu kemarin yang bertemakan "Menanti dibukanya pintu surga", mangatakan ada tiga kelas orang yang berpuasa. Al Imam Ibnu Qudamah menjelaskan 3 tingkatan kelas orang yang berpuasa yaitu Shaumul Awam, Shaumul Khusus, dan Shaumul Khususil Khusus.
Shaumul Awam bisa diartikan sebagai mereka yang berpuasa hanya sebatas menahan lapar, haus, dan syahwat, tapi tidak menjaga lisannya dari maksiat. Puasa seperti ini adalah puasa orang yang merugi, tidak mendapatkan pahala melainkan sedikit sekali, bahkan kemungkinan besar tidak diterima oleh Allah. Sangat disayangkan jika orang yang masuk golongan Shaumul Awam.
Shaumul Khusus bisa disebut juga puasanya orang-orang shaleh. Selain menahan makan dan minum serta syahwat juga menahan pendengaran, pandangan, ucapan, dan gerakan anggota tubuh dari segala bentuk dosa.
Menurut Imam Al Ghazali, seseorang tidak akan mencapai kesempurnaan dalam tingkatan puasa kedua ini kecuali harus melewati enam hal sebagai prasaratnya, yaitu menahan pandangan dari segala hal yang dicela dan dimakruhkan.
Menjaga lidah dari perkataan yang sia-sia, berdusta, mengumpat, berkata keji, dan mengharuskan berdiam diri. Menggunakan waktu untuk berdzikir kepada Allah serta membaca Al-Quran. Menjaga pendengaran dari mendenganr kata-kata yang tidak baik. Mencegah anggota tubuh dari perbuatan dosa. Tidak berlebihan dalam berbuka, dan hatinya senantiasa diliput rasa cemas dan harap tidak diketahui apakah puasanya diterima oleh Allah atau tidak.
Shaumul Khususil Khusus adalah orang yang level puasanya sudah sampai hatinya, tidak tergoda dengan perkara yang hina, orang yang tidak bergantung pada apapun melainkan hanya kepada Allah, orang yang puasanya mentauhidkan allah, dan orang yang mampu menjaga hatinya dari riya, syirik, dan sebagainya.
Dalam kajiannya Ustadz Zikri mengatakan bahwa Imam Ibnu Rajab radhiyallahua'anhu merasa bingung dengan orang-orang yang berpuasa, yang mampu menolak perkara-perkara yang hukum asalkan halal, namun tidak mampu menolak hal-hal yang diharamkan baik saat ramadhan maupun di luar ramadhan.
Mari jadikan puasa di bulan ramadhan tahun ini menjadi puasa yang berkelas dan berkualitas. Inti dari puasa bukan pada menahan lapar dan haus semata, melainkan menahan segala godaan hawa nafsu serta terhindar dari perbuatan yang sia-sia dan rafats (pembicaraan yang buruk).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H