Lihat ke Halaman Asli

Pasca Mudik, Masih Adakah Sidak?

Diperbarui: 15 Juli 2016   18:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masih segar dalam ingatan kita setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri atau lebaran, salah satu kegiatan para Pejabat yang tidak pernah dilupakan yang juga menghiasi semua media baik media elektronik dan media massa adalah “SIDAK”. Pengertian sidak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah inspeksi mendadak. Entah apa yang dipikirkan oleh para pejabat mulai dari para Bupati, Walikota, Gubernur, Menteri dan para Pimpinan DPR dan DPD semua turun ke bawah alias turba untuk melakukan sidak. Sidak yang dilakukan biasanya mencakup 2 hal yaitu, pertama mengenai pengendalian harga kebutuhan bahan pokok seperti beras, cabe, daging dan lain-lain. kedua, adalah dalam rangka kesiapan arus mudik, mulai dari kesiapan bandara, pelabuhan, bis diterminal, kesehatan supir, persiapan mengurai kemacetan lalu lintas sampai dengan tambal sulam jalan-jalan berlobang. Pada umumnya hal ini dilakukan adalah untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi masyarakat. Tapi kenyataannya bagaimana ? apakah sidak pejabat selama ini memberikan dampak secara langsung terhadap kedua point diatas ?

Dilema Sidak

Sidak Harga Kebutuhan Bahan Pokok

Dua minggu Menjelang lebaran biasanya harga-harga kebutuhan pokok sudah mulai naik dan hal ini menurut hemat saya biasa-biasa saja. Selama ini campur tangan pemerintah dalam menekan kenaikan harga menjelang hari-hari besar keagamaan seperti Hari Raya Idul Fitri tidak berdampak signifikan. Dalam hukum permintaan dan penawaran (ceteris paribus) dijelaskan bahwa “Jika harga semakin murah maka permintaan atau pembeli akan semakin banyak dan sebaliknya. Jika harga semakin rendah/murah maka penawaran akan semakin sedikit dan sebaliknya”. dalam konteks ini semua ingin mencari kepuasan (keuntungan) sebesar-besarnya dari harga yang ada. Apabila harga terlalu tinggi maka pembeli mungkin akan membeli sedikit karena uang yang dimiliki terbatas, namun bagi penjual dengan tingginya harga ia akan mencoba memperbanyak barang yang dijual atau diproduksi agar keuntungan yang didapat semakin besar.

Jika kita mencermati teori diatas, apakah SIDAK yang dilakukan para pejabat selama ini penting ? Sidak yang dilakukan tidak lebih hanya bagian dari “pencitraan” dan menghabis-habiskan anggaran. Karena pada kenyataannya harga bahan pokok pasca sidak tidak juga bisa otomatis membuat harga-harga kebutuhan pokok normal atau lebih murah. Teori hukum permintaan dan penawaran tersebut belum bisa dibantahkan dengan teori “SIDAK” para pejabat. Maka sebaiknya sidak tidak perlu dilakukan, melainkan terobosan yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah yang hampir setiap tahun terjadi. Seperti bagaimana stok dari kebutuhan bahan pokok tersebut diperbanyak tanpa harus impor sehingga mampu menekan harga. Para petani difasilitasi dengan baik serta dilakukan pendampingan, bukan malah membeli sawah-sawah petani dijadikan menjadi perumahan atau apartemen.

Sidak Kesiapan Arus Mudik

Sidak kedua yang sering dilakukan para pejabat adalah persiapan arus mudik. Baru-baru ini juga kita dikangetkan dengan pemberitaan dibanyak media gara-gara kemacetan parah sepanjang 20 km, sebanyak 12 orang meninggal dunia akibat kemacetan sebelum keluar tol di “brexit” alias brebes exit. Sebenarnya persiapan sudah dilakukan, tetapi koordinasi antara sesama pimpinan lembaga pemerintah yang bertanggung jawab menangani arus mudik tidak berjalan dengan baik. akhirnya yang terjadi adalah saling menyalahkan antara lembaga mulai dari kemenhub, pengelola tol, kementerian PU sampai dengan Korlantas. Tapi apakah itu akan memberikan solusi? Sikap gentel para pejabat kita memang masih jauh panggang dari api. Jika kita melihat kegagalan di Negara-negara maju seperti Jepang. Pejabat yang gagal bukan menyalahkan orang lain, melainkan mengundurkan diri dan belajar dari kegagalan. Sikap kesatria seperti itu yang perlu ditunjukkan sehingga akan menjadi proses pembelajaran yang baik bagi masyarakat dan para pejabat lainnya.

Bagaimana Kedepan ?

Baik pemerintah pusat dan daerah sudah harus berkordinasi bukan saja hanya menjelang hari raya lebaran. Tetapi setiap saat komunikasi dan koordinasi harus selalu dilakukan guna memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Kebiasaan sidak pejabat tidak perlu dilakukan apalagi ‘sidak-sidakan’ yang dilakukan hanya sekali setahun. Jika benar-benar ingin memastikan apakah harga-harga masih stabil dan persiapan arus mudik sudah berjalan dengan baik atau tidak bisa langsung meminta pertanggung jawaban kepada pejabat yang berwenang. Lagi pula pentingnya pejabat atau pimpinan adalah pada saat-saat kritis mampu memberikan solusi dan pemecahan masalah manakala terjadi masalah di lapangan yang tidak bisa diatasi oleh bawahannya. Belajar dari masa lalu sudah seyogianya masalah-masalah tersebut sudah harus mampu diatasi. Jika kedepan masalah-masalah diatas belum juga mampu diatasi, maka kita harus berpikir ulang untuk memilih pemimpin visioner serta memiliki gagasan-gagasan dan inovasi serta kreatifitas yang mampu memecahkan masalah dan memberikan jalan keluar dalam setiap permasalahan. Semoga !

Salam,

Tongam sinambela

Ketua Umum DPP - AMIRA




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline