Hingga pada in saat ada bebberapa lokasi yang bisa saya datangi di Ponorogo, yang konon ceritanya menjadi saksi tumbal tumbal Pembangunan. Dua yang tidak makam tidak di ketahui kenapa penyebabnya mereka dibunuh.
Lokasi Pembangunan yang selalu memakan tumbal seniman tersebut, tersebar beberapa tempat di Ponorogo. Seperti:
Pondok Mrican, Jenangan
Konon ceritanya, di wilayah tersebut adalah sumber mata air. Debet air dari mata air di wilayah itu sangat deras sekali, sehingga para warga harus membamgun waduk atau bendungan. Tapi setiap kali di bangun bendungan tersebut jebol.
Sehingga lokasi itu menjadi sungai bagaikan segara, maka tempat itu di sebut Segaran. Lokasinya tidak jauh dari Tikungan pertigaan Borang.
Lalu para warga di sekitar lokasi itu, mencari para ahli, agar Sumber mata air bisa mengecil atau surud, sehingga bisa ditempati penduduk dengan nyaman,di datangkanlah seorang ahli spiritual untuk membedung Sumber Mata Air itu. Konon menurut ahli spiritual yang didatangkan, sumber mata air bisa berhenti, jika di sumpet dengan ijuk putih.
Tak lama tokoh masyarakat setempat, bisa mencari ijuk putih di sebuah hutan. Kembali tokoh spiritual dengan upacara tertentu bisa membendung mengalirnya sumber mata air di Segaran. Tentunya memakai ubarampen lain selain ijuk yang di jadikan sarana nyumpet sumber tersebt.
Rupanya kenyamanan warga, harus kembali terusik. Sebab tak lama, bendungan itu harus ambrol kembali dann ijuk putih diterjang air. Maka masyarakat mencari jalan keluar agar Debet mata air terbendung dan berhenti mengalir. Dalam sebuah musyawarah, untuk bisa menghentikan sumber itu ternyata dibutuhkan tumbal. Dan tidak main-main tumbalnya adalah Waranggono lengkap dengan pengendang dan niyaga.
Namun, bagaimanapun demi kenyamanan hidup mereka, mereka akan menjalani atau menempuh semuanya. Akhitnya tokoh masyarakat diwilayah tersebut mengundang rombongan Tayub.
Sebelumnya acara pesta tayub dilaksanakan, para warga telah menggali sebuah lobang besar, yang nanti akan dijadikan kuburan masal bagi rombongan Tayub yang akan di bunuh sebagai tumbal.
Saat yang ditentukan tiba, suatu malam diadakan pesta tayub yang meriah luar biasa. Kita tahu Tayub saat itu identik dengan mabuk mabukan, minuman keras. Saat tengah malam, para pesinden dan niyaga tayub lengah karena mabuk yang luar biasa mereka di dorong masuk lubang yang telah di siapkan. Kemudian lobang itu di tutup dengan batu yang besar, sehingga seniman tayub itu mati di lobang tersebut.