Lihat ke Halaman Asli

Mudah Cari Uang

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14073807002123833962

[caption id="attachment_336960" align="alignleft" width="300" caption="tomphotowork"][/caption]

“Nak, sekolahnya yang benar ya, belajar yang baik supaya nanti kamu jadi orang pintar dan orang penting. Jadi orang pintar dan penting itu nak, hidupnya enak dan mudah cari uang.”

Penggalan nasehat ini sering kita dengar bahkan mungkin kita sendiri pernah menasehati anak – anak kita dengan kalimat yang sebenarnya turut menjadi andil dalam pembentukan karakter yang amburadul, mental yang korup dan sering memperdaya orang lain serta bisa menciptakan sosok penjilat tulen.

Sadis dan memang sesadis itu akibat yang bisa saja ditimbulkan kepada anak yang sering dinasehati atau hanya sekali dinasehati seperti itu tetapi langsung terpatri dalam memory kanak –kanak mereka.

Sebab penggalan nasehat itu telah mendoktrin anak kita bahwa hidup ini seakan bukan Tuhan lagi yang mengatur, melainkan keberhasilan pendidikan agar dia pintar, jadi orang penting dan kaya. Sehingga sekarang ini kita tidak perlu heran lagi bahwa mental rusak dari budaya korup terhadap apa saja yang bisa dikorup itu tumbuh subur dan sangat sulit untuk diberantas.

Pendidikan karakter yang disuarakan ternyata belum juga memberikan dampak, sebab mungkin saja tidak disertai dengan hati yang tulus untuk menerapkannya. Tetapi masih terjebak dalam bayang – bayang “wani piro project”.

Persoalan kerusakan mental ini bukan sekedar dongeng tapi kenyatan yang terpapar dengan jelas didepan mata public bahwa berapa banyak orang yang kata-katanya sering membuat kita terkesima saat dia bicara, malah berakhir tragis sebagai tahanan KPK.

“Nak..belajar yang baik, sekolah yang benar agar kelak kamu akan berguna bagi agama dan orang lain. Contohlah si…si….siapa ya ?(sambil berpikir keras sebab kesulitan cari tokoh panutan yang sekarang)…..aahh si Joko Widodo, dia lahir dari keluarga sederhana dan tetap sederhana. Jadi lurah saja tak sempat dia pikirkan eh malah Tuhan menganugrahi dia menjadi Presiden. Dan satu yang paling penting nak. Carilah rejeki yang halal dan jika kelak kamu berhasil serta hidupmu lebih baik, jangan segan untuk berbagi. Mudah- mudahan itu akan membentengimu dari segala keburukan”

Semoga penggalan nasehat yang terakhir ini bisa merupakan bentuk kontribusi pendidikan karakter terhadap masa depan anak - anak kita semua. Amiin. Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline