Lihat ke Halaman Asli

Tjiamis Adalah Koentji!

Diperbarui: 12 Desember 2016   10:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kalau di film G30S PKI, D.N. Aidit menyebut kata-kata terkenal "Djawa adalah koentji!", maka untuk Aksi Bela Islam III 2 Desember 2016 kemarin, ijinkan saya meminjamnya dengan mengganti Djawa menjadi Tjiamis.

Seringkali Allah SWT menggunakan hal-hal kecil atau sederhana untuk hal-hal yang penting atau besar.

Kita ingat bagaimana Rasulullah SAW dan Abu Bakar ra diselamatkan oleh Allah SWT dengan hal yang simple. Sangat simple. Yaitu: sarang laba-laba dan sarang burung di depan gua kecil tempat mereka berlindung sementara dari kejaran kaum kafir Quraisy. Padahal bisa saja perlindungan tersebut adalah berupa batu besar yang kokoh atau pintu besi. Tapi justru hanya dengan sarang laba-laba yang meliputi pintu gua, orang-orang kafir itu berubah pikiran bahwa tak mungkin Rasulullah SAW dan Abu Bakar ra bersembunyi di gua. Karena kalau bersembunyi di situ, sarang laba-laba dan sarang burungnya pasti hancur.

Khalifah Al Mu'tashim pernah menaklukkan sebuah kota romawi bernama Ammuriah setelah dikepung selama 5 bulan. Peristiwa ini sangat menggentarkan Romawi. Apa pasal ia menaklukkan Ammuriah? Sederhana saja. Seorang muslimah di sana dilecehkan oleh seorang tentara Romawi. Sang muslimah lalu berteriak "Di mana kah Mu'tashim?!". Hal ini sampai ke Al Mu'tashim. Ini soal pride suatu bangsa. Maka ia kerahkan pasukannya untuk membela kehormatan, tidak hanya si muslimah, tapi juga kaum muslimin. Bonusnya: membebaskan sebuah kota.

Pra aksi super damai 212, banyak sekali beredar fitnah, nyinyiran, intimidasi, menghalang-halangi, dan yang sejenisnya dengan maksud memperkecil aksi super damai.

Disebut menyemai benih teroris, show of force, sombong, kumpulan orang bodoh, kumpulan para followers yang tak mengerti apa-apa, massa bayaran, ditunggangi aktor politik, bagian dari persaingan pilkada Jakarta, akan dimanfaatin ISIS, kumpulan wahabi, kumpulan Islam garis keras, anti toleransi, anti kebhinnekaan, gerakan makar, gerakan perusuh, perkumpulan kebun binatang, pro hukum thoghut, dan lain-lain.

Kurang cukup. Dibuatlah "fatwa" bhwa bid'ah sholat jumat di jalanan, tidak sah sholatnya. Pimpinan ormas tertentu bahkan melarang anggotanya ikut serta. Perusahaan-perusahaan transportasi pun diintimidasi supaya tidak mengangkut rakyat yang hendak partisipasi. Mobil-mobil bus yang sudah berangkat dirazia dan dihalang-halangi oleh polisi. Polisipun sempat menyebarkan selebaran via helikopter. Berita-berita negatif maupun opini miring via medsos, cukup massif. Apakah akan mempengaruhi tekad ummat?

Mudah bagi Allah untuk memantik api cinta di tubuh ummat. Sederhana saja: Ciamis.

Sebuah kota kecil, ratusan kilometer dari Jakarta. Sekitar 10 ribu kaum muslimin berhimpun karena cinta Allah, Rasul, dan Al Quran. Mereka orang-orang yang sederhana. Bukan orang berkantong tebal, tapi (insya Allah) punya iman yang tebal. Terpanggil jiwanya utk membela Al Quran. Dengan segala kesederhanaannya, diiringi niat tulus, mereka berangkat ke Jakarta dengan berjalan kaki. Ratusan kilometer.

Dan kabar ini segera viral. Segera menyadarkan ummat. Segera memantik militansi ummat.

Apakah kafilah longmarch Ciamis cuma emosi sesaat yang dalam 2 atau 3 km akan kelelahan lalu balik kampung?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline