Lihat ke Halaman Asli

TOMY PERUCHO

Praktisi Perbankan, berkeluarga dan memiliki 2 orang anak.

Hemat Kata

Diperbarui: 9 Juli 2020   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kata hemat seringkali diterjemahkan sebagai "pelit" atau kikir. Namun pada hakekatnya tidaklah demikian. Hemat lebih bersifat smart dan hati2. Kata hemat erat kaitannya dengan biaya, pengelolaan biaya yang cermat dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. Istilah yang penghematan cerdas yang sering kita dengar belakangan ini adalah Smart Spending.

Smart spending mengelompokkan 3 jenis pengeluaran, yaitu : Good Cost, Bad Cost dan Ugly Cost. 

Secara singkat Good Cost dapat diartikan sebagai setiap biaya-biaya yang dikeluarkan dapat bernilai ekonomis i.e. biaya training, biaya iklan, biaya transportasi, dll. 

Bad Cost dapat diartikan sebagai pengeluaran biaya yang meningkat karena ketidakdisiplinan kita dalam mengelolanya, i.e. biaya listrik naik karena kita tidak mematikan lampu dan pendingin ruangan ketika ruangan sudah tidak digunakan, biaya bensin, air, telepon, dll. 

Sedangkan Ugly Cost adalah pengeluaran2 biaya yang seharusnya tidak perlu kita keluarkan dan terjadi karena kelalaian atau keteledoran, dll i.e. kesalahan dalam pemberian bunga deposito special, terlambat menjalankan RTGS, sehingga menimbulkan tuntutan dari nasabah, terjadinya Fraud juga merupakan bagian dari Ugly Cost karena akan merugikan perusahaan, tidak hanya secara material tetapi juga reputasi.

Bila pengeluaran biaya bisa kita hemat, maka seharusnya kita juga bisa menghemat kata-kata yang kita ucapkan. Hemat kata-kata akan banyak memberikan dampak positif bagi diri kita dan orang lain.

Hemat kata bukan berarti kita tiba-tiba berubah menjadi pendiam atau tidak mau berbicara. Tetapi smart dan bijak dalam berucap. Pastikan bahwa kata2 yang meluncur dari lisan kita adalah kata2 yang memberikan manfaat dan dampak positif kepada lawan bicara dan menularkan energy positif pada lingkungan dimanapun kita berada. Oleh karenanya zikir dan pikir sebelum berlisan dan bertulisan...

Layaknya senapan otomatis yang memuntahkan demikian peluru tajam, lisan dan jari-jemari kita pun demikian. Semakin kita banyak berkata-kata atau berbicara secara verbal maupun secara tertulis, semakin besar kemungkinan kita terpeleset lidah dan terpeleset jari-jemari kita menuliskan dan menyebarkan kata2/informasi yang kurang bermanfaat yang tanpa kita sadari dapat menyinggung atau menyakiti hati orang lain. 

Bila luka akibat tembakan peluru bisa disembuhkan dengan obat atau tindakan medis seperti operasi, namun kata-kata yang terlontar dan lisan dan tulisan kita bila tidak dikendalikan dengan baik maka dampaknya akan jauh lebih dahsyat dampaknya dari pertengkaran, permusuhan hingga yang lebih besar yaitu peperangan yang menimbulkan dampak yang destruktif (menghancurkan).

Untuk itu, artikel ini mengajak kita untuk smart tidak saja dalam pengendalian dan pengelolaan biaya tetapi juga smart dalam mengendalikan dan mengelola kata-kata yang keluar dari lisan dan jari-jemari kita untuk senantiasa memberikan pengaruh positif kepada lingkungan kita. 

Benar adanya pepatah yang mengatakan bahwa SILENT is GOLDEN. Diam itu emas. Walaupun dalam prakteknya saat ini diam saja belum cukup bila melihat sesuatu yang kurang proper. Budaya speak up sangatlah diperlukan agar yang kurang proper itu segera dikoreksi agar menjadi proper dan bener.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline