Lihat ke Halaman Asli

TOMY PERUCHO

Praktisi Perbankan, berkeluarga dan memiliki 2 orang anak.

Emosi Bukan Solusi

Diperbarui: 16 Juni 2020   12:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

KETIKA SESEORANG MARAH MAKA TINDAKANNYA CENDERUNG IRRASIONAL KARENA IA KEHILANGAN SEPARUH AKAL SEHAT NYA...

Mengutip sebuah kisah klasik Tiongkok, suatu ketika seorang ksatria hebat namun temperamental. Suatu ketika ia berupaya untuk belajar menjadi orang yang bijak dan mampu mengendalikan diri dengan baik. 

Ia mendengar dari banyak orang bahwa ada seorang guru tua yang terkenal akan kehebatan dan kesabarannya. Ia pun segera menemui sang guru dan meminta nasehat bagaimana cara yang efektif dalam mengendalikan diri dan menjadi orang yang sabar.

Sang guru tuapun memberikan trik, bila ada hal atau ada masalah yang memancing emosimu segera lakukan langkah sederhana ini, mundurlah ke belakang tujuh langkah kemudian majulah tujuh langkah. Setelah itu bergeraklah ke samping kanan tujuh langkah dan ke kiri juga tujuh langkah. Baik tuan guru. Terima kasih. Saya akan menerapkannya sesuai perintah guru dan saya ingin berubah menjadi orang yang lebih sabar dan bijak.

Suatu ketika sang ksatria berpesan kepada istrinya bahwa ia akan pergi berperang dan minta agar si istri menjaga diri dan rumah mereka dengan baik. 

Sepulang dari berperang, dengan rasa bangga dan rindu pada istrinya ia ingin segera menceritakan kemenangannya dalam berperang buru-buru ia menemui si istri. 

Setibanya di rumah ketika ia akan memasuki kamar, betapa terkejutnya ia melihat istrinya berselimut tidur berdua dengan seseorang. Serta-merta si ksatria mencabut pedang dan seraya akan menghunuskan pedang tersebut ke orang yang berada di sebelah istrinya tersebut. 

Namun tiba-tiba, ia teringat nasehat gurunya agar ia melakukan langkah-langkah yang diperintahkan sang guru, yaitu mundur ke belakang tujuh langkah, mundur tujuh langkah. Ke kanan tujuh langkah dan ke kiri tujuh langkah. 

Pada hitungan terakhir ia melangkah, istrinya terbangun karena mendengar suara langkah orang yang ternyata suaminya sendiri. sambil menyibakkan selimutnya si istri memberi tahu bahwa ibunya menemani ia tidur agar tidak sepi di rumah. Si ksatria tersebutpun langung berubah sikapnya...dan bersyukur ia tidak buru-buru menebaskan pedangnya ke orang yang ada di sebelah istrinya, yaitu ibu mertuanya sendiri!

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali ada banyak hal yang memicu/mentrigger emosi kita, seperti : ucapan orang lain yang kurang terkendali, bersenggolan dengan kendaraan lain ketika berkendara di jalan, ulah orang lain yang seenaknya, penyerobot antrian, kendaraan tiba2 penyok/lecet ketika ditinggal parkir, dan masih banyak lagi. 

Atau bisa juga hal-hal di dalam keluarga, hal-hal yang terjadi di lingkungan kerja, hal-hal yang ada di seputar tempat tinggal kita, bahkan dari cara berkomunikasi atau informasi-informasi di dunia maya yang dapat menyulut emosi kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline