Lihat ke Halaman Asli

Berdamai dengan Diri Sendiri

Diperbarui: 13 Agustus 2024   22:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apa yang menjadi pikiran seseorang ketika ia disakiti? Tentu saja semua tergantung mindset dan jawaban itu terkesan mengintimidasi. Suatu ketika mendapatkan seseorang menceritakan permasalahannya dan saya berusaha menjadi pendengar yang baik. Walaupun masalah yang ia hadapi tidak sekompleks masalah saya tetapi diri ini harus melawan keinginan alamiah. Rasanya saya ingin berujar bahwa kamu itu harus kuat dan hal itu merupakan hal kecil.

Perilaku memaafkan tidak sekadar memaafkan namun bagaimana proses memaafkan itu menjadi lebih baik. Memaafkan tidak sekadar mengampuni namun juga harus melupakannya karena banyak hal negatif ketika kita tetap bertahan. Misalnya ada sakit penyakit, hidup yang tidak fokus dan membawa relasi buruk dengan keluarga. Bagi saya sendiri, memaafkan adalah perbuatan yang paling bagus karena harus ada kerendahan hati untuk mengakuinya. Adanya penyesalan dalam diri sendiri bahwa kita pernah salah. 

Ada juga memaafkan akibat menolak masalah itu semakin kompleks. Seseorang mengetahui bahwa ia tidak salah namun demi menghindari permasalahan maka ini jalan keluar terbaik. Secara apa yang saya imani bahwa memaafkan membutuhkan ketulusan hati. Ketika tulus dan melepas beban maka melupakan akan terjadi.

Jadi semuanya tergantung diri kita sendiri. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline