Lihat ke Halaman Asli

Makna Nyepi dari Segi Rohani

Diperbarui: 10 Maret 2016   11:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nyepi bagi orang Bali adalah hari berdiam diri. ("Day of Silence") yang dilakukan menurut kalendar Bali yang tahun ini bertepatan jatuh pada 9 Maret 2016. Yang melakukan Nyepi adalah umat Hindu yang ada di Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya, juga dunia.

Nyepi juga dirayakan sebagai permulaan Tahun Baru Saka dan dinyatakan sebagai hari libur nasional. Nyepi adalah sebuah hari untuk berdiam diri, berpuasa dan meditasi bagi masyarakat Bali. Berpuasa dari segala hal-hal yang bersifat duniawi. Menyucikan hati dan pikiran dari hal-hal yang kotor. Sama halnya dengan agama lain yang melakukan puasa. Menahan segala hawa nafsu duniawi. Ada maksud tertentu dalam melakukan puasa, meditasi, atau perenungan diri. Mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Kuasa.

Khusus hari raya NYEPI di Bali, seluruh masyarakat yang berada di Bali tidak boleh melakukan kegiatan apa pun. Semua kegiatan perkantoran dan sekolah diliburkan. Dan berdampak kepada masyarakat lain yang non Hindu. Ini sebagai bentuk saling menghormati atau toleransi beragama yang berada di Bali. Bagi yang tidak terbiasa Nyepi, tentunya merasa “terganggu”. Yang merasa “terganggu” dengan adanya perayaan NYEPI ini, ada sebagian masyarakat yang meninggalkan Bali untuk berlibur ke daerah lain. Itu adalah hak mereka. Sebagaimana saat bulan Ramadhan bagi umat Islam untuk berpuasa sebulan penuh. Sebagian ada yang tidak berpuasa.

Namun sayangnya, sifat jasmani yang lebih ditonjolkan untuk tidak melakukan kegiatan selama perayaan NYEPI ini. Padahal seharusnya makna Puasa, Meditasi, Perenungan Diri ini lebih bersifat rohani.

Dalam pandangan Kristen, NYEPI sama maknanya dengan Hari Sabat, Hari Perhentian. Berhenti dalam melakukan aktivitas, dan memfokuskan hati dan pikiran kepada Sang Pencipta dengan berdoa.

Dalam kekristenan, hari Sabat atau hari Perhentian, adalah hari Minggu atau hari ke-7, dilakukan dengan berdoa dan pergi beribadah ke gereja bersama dengan keluarga. Mengucap syukur kepada Tuhan karena Tuhan sudah memberkati sepanjang 6 hari dan sisa 1 hari diberikan untuk Tuhan.

Dalam ajaran Kristen, hari Sabat memang tidak melakukan kegiatan sebagaimana hari2 lain tapi melakukan kegiatan yang bersifat rohani, berdoa, melayani Tuhan. Tidak ada larangan untuk melakukan kegiatan saat hari Sabat atau hari Perhentian itu, terlebih menyangkut orang lain/sosial.

Hal ini yang terjadi di zaman Yesus, ketika orang2 Yahudi mengecam apa yang dilakukan oleh Yesus pada hari Sabat. Yesus menyembuhkan orang sakit pada saat hari Sabat. Dan itu membuat marah orang2 Yahudi. Namun Yesus memberikan pengertian yang benar tentang Hari Sabat! Dan itu membuka mata orang2 Yahudi.

Kata Yesus: “Adakah yang tidak mau menolong bila anaknya atau lembunya terperosok ke dalam sumur walaupun saat itu hari Sabat?” Makna yang dalam dinyatakan oleh Yesus tentang hari Sabat, Nyepi, hari Perhentian, hari untuk Berdiam diri. Lakukan hari perhentian itu untuk Tuhan, tetapi tetaplah melakukan kebaikan kepada sesama.

Tuhan itu ROH. Manusia dan yang lainnya adalah JASMANI. Laksanakanlah hari Sabat/Perhentian/Nyepi dengan sifat Rohani. Untuk Tuhan saja. Tetapi ketika harus menolong sesama kita yang membutuhkan pas pada saat Nyepi, apakah kita akan diam saja? Tentu tidak!

Tuhan tahu hati kita. Dan justru dari situlah Tuhan menguji dimana hati kita berada. Tidaklah berdosa, tetapi malah berpahala.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline