Lihat ke Halaman Asli

Dear Wife...

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dear my beloved wife,

Sayangku, ini surat cinta terakhir yang ku tulis untukmu. Ketika kamu membaca surat ini, mungkin aku sudah tidak lagi mendampingimu. Sesungguhnya berat menuliskan surat ini di penghujung nafasku. Tapi, bagaimanapun, aku harus menuliskannya. Engkau tahu betapa aku mencintaimu, dengan cinta yang tak berubah sejak pertama kali ku tatap malu paras cantikmu. Gadis yang senyumnya berbunga di hatiku. Senyum yang suatu hari nanti aku yakin akan menjadi milikku. Cinta yang tak berubah juga sejak ku nyalakan lilin-lilin putih di atas meja mungil kita. Cahayanya berpendar seindah sinar mentari senja menerpa paras cantikmu. Ku raih jemari tanganmu, ku genggam dengan yakin, dan kau pun menganggukkan kepala menerima cintaku.

Sayangku, tak bisa terlupakan setiap rantaian detik yang menjalin cinta kita. Namun, jari-jari ini gemetar tak kuat menuliskannya. Air mata ku pun tak tertahan kala mengingatnya. Bahkan, surat ini tak dapat menumpahkan rasa cintaku. Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih atas segala cinta yang kau beri hingga Sang Waktu tak lama lagi memanggilku. Sayangku, aku pergi. Tapi jangan selalu menangis merindukan bayangku di sisimu, karena perpisahan ini takkan abadi. Suatu saat kita akan bertemu di atas sana. Ya, di atas sana, kau dan aku akan bersama lagi. Tapi satu pesanku, setialah pada cinta kita selama kepergianku yang sesaat ini. Jangan cari suami baru, karena aku tidak mau threesome dengan kamu dan dia di atas sana.

I love you...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline