Lihat ke Halaman Asli

Jokowi-JK : Semenjak Program 1000 Menara

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1400730086577613281

PADA mulanya adalah Program 1.000 Menara. Pada tahun 2007, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengumumkan, Indonesia akan membangun seribu bangunan apartemen untuk warga berpenghasilan rendah yang tinggal di daerah kumuh dan pinggir kali di kota besar seperti Jakarta. Jusuf Kalla ingin mereka tinggal di rumah yang layak. Program ini direncanakan selesai tahun 2011.

Tahun 2009, Jusuf Kalla meninggalkan istana. Ia menitipkan gagasannya itu untuk tetap  dilanjutkan, terutama oleh Gubernur Jakarta, Fauzi Bowo. Namun, tahun 2011 baru sekitar 100 menara yang telah dibangun, kebanyakan berada di Jakarta. Unit-unit tersebut dibeli oleh penghuni yang lebih mampu karena rakyat miskin memiliki kesulitan meminjam dari bank, dan pemerintah enggan menjamin pinjaman mereka.

Jusuf Kalla kecewa berat kepada Fauzi Bowo.  Ia membawa pergi kekecewaannya itu dengan legawa. Ia punya ladang baru bernama Palang Merah Indonesia.

* * * * *

SUATU petang selepas maghrib di penghujung tahun 2011. Di ruang keluarga rumah bernomor enam di Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan, Jusuf Kalla bersama istri Ny. Mufidah dan beberapa kerabat sedang berbincang aneka topik. Di tengah perbincangan, layar televisi tengah memberitakan seorang kepala daerah yang lagi tenar-tenarnya: Walikota Surakarta Joko Widodo.

Di layar televisi itu, Jokowi sedang berpayung hitam menembus hujan mengunjungi sebuah kawasan di Solo. JK terlihat mengernyitkan kening dan menatap layar televisi dengan serius. Ia mengucapkan selarik kalimat dalam bahasa Bugis, ”makanja’-kanja’ too iye walikota”(Walikota ini kelihatannya bagus juga).

Selepas tayangan itu, JK dan kerabat berbincang soal Jokowi. Untuk pertama kalinya pula, JK mengenal istilah “blusukan” – istilah yang kelak jadi kosa-kata yang melekat pada Jokowi. Perbincangan usai, tamu-tamu pulang, tapi JK telah menyimpan sebuah agenda sendiri.

* * * * *

Beberapa pekan kemudian, JK datang ke Semarang, Jawa Tengah. Di sana, ia berencana untuk bertemu Jokowi. Maka ia pun mengajak serta Tjahyo Kumolo, orang Solo yang juga Sekjen PDI Perjuangan. JK datang didampingi kerabatnya, Prof. Hamid Awaludin, bekas Menteri Hukum dan HAM. Di sela acara itulah, JK memanggil Jokowi yang lalu mendekat dengan sungkan pada sang mantan wakil presiden.

Singkat, JK menyampaikan kepadanya, agenda yang telah ia putuskan seusai perbincangan selepas maghrib di kediamannya itu. ”Eh, Pak Jokowi, siap-siap ya maju di Pilkada DKI.”

Jokowi seperti tersengat kala. Ia agak gagap. Ia orang Jawa yang tak terbiasa dengan todongan seperti itu. “Bagaimana caranya, Pak?” tanyanya. Mimiknya menunjukkan, ia tak percaya. Ia melirik sang petinggi partainya, Tjahyo Kumolo yang duduk tak jauh dari JK.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline