Lihat ke Halaman Asli

Ahok, Gubernur Jakarta

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1401781028181743060

Perkenalkan, Zhong Wan Xie, lelaki yang lahir dan besar di Belitung -- pulau yang diapit laut Natuna dan Selat Karimata.

Dari namanya ia jelas keturunan Cina, tapi sejak moyangnya ia telah menetap di negeri Melayu, maka ia orang Indonesia asli. Karena itulah, ia punya nama Indonesia yang lebih populer, Basuki Tjahaja Purnama.

Khalayak memanggilnya dengan nama kecil: Ahok.

Hidup Ahok seperti kepak camar di pantai Tanjung Tinggi, Belitung: menanjak ke langit, menukik ke bumi, meliuk lalu menantang angin. Ia yang beragama Kristen Protestan menjadi pilihan warga kabupaten berpenduduk mayoritas Islam sebagai bupati. Saat itu, Ahok adalah Ketua Partai Indonesia Baru Cabang Belitung Timur.

Tapi baiklah, itu cerita lampau. Seperti burung camar, Ahok telah berpindah ke Partai Golkar, bahkan menjadi anggota DPR, lalu berhenti dan mengantongi kartu anggota Partai Gerindra untuk menjadi Wakil Gubernur Jakarta mendampingi Joko Widodo.  Lalu, Jokowi menjadi calon presiden, dan Ahok pun menjadi Gubernur Jakarta.

* * * * *

Ahok selalu mengenang keberuntungannya -- hokki-nya. Setiap kali ia di ambang jabatan publik, kabar-kabar bawah tanah bertebaran. Di tahun 2005, saat memutuskan untuk turun gelanggang ke ajang pemilihan Bupati Belitung Timur, serangan berbau SARA kepadanya tak alang-kepalang: ia disebut menerima sumbangan Rp 72 miliar dari pimpinan umat Katolik di Vatikan. “Padahal saya ini Kristen, bukan Katolik,” kata Ahok. Toh, ia maklum, sebanyak 93 persen penduduk Belitung beragama Islam dan sudah menjadi basis Masyumi, partai Islam lawas semenjak tahun 1955. Dan ia terpilih jadi bupati.

Pada tahun 2009, Ahok masuk Senayan sebagai anggota DPR dari Partai Golkar. Ia duduk di Komisi II. Saat itulah, ia bentrok secara tak langsung dengan pengusaha Hashim Djojohadikusumo.

Alkisah, Hashim memiliki sebuah yayasan untuk orang-orang kecil di Tanah Merah, kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Yayasan ini membantu mereka membuat KTP dan akta kelahiran. Suatu hari, sebagai anggota DPR Ahok ke sana untuk bertemu warga. Ia menerima keluhan tentang warga yang anak-anaknya tak bisa bersekolah karena tak punya akta. Misinya sejalan dengan yayasan Hashim, tapi orang-orang Hashim rupanya tak suka lahan kerja mereka diserobot Ahok. Seorang pengurus yayasan bernama Ricardo sempat marah kepadanya. “Elu tahu enggak gue ngurus yayasan siapa? Ini punya Hashim Djojohadikusumo.”

Ahok yang tak pernah menyimpan kata, langsung menjawab. ”Emang gue pikirin? Dia enggak ada urusan sama gueGue juga pejabat, anggota Komisi II DPR.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline