"Sebutir nasi, begitu sederhana, begitu biasa, namun begitu penting. Dalam setiap butirnya, terkandung kisah panjang tentang perjuangan dan harapan. Dari ladang yang subur, di bawah sinar matahari yang hangat dan hujan yang lembut, padi tumbuh dengan sabar. Petani yang tekun merawatnya, menunggu dengan penuh harapan hingga saat panen tiba.
Namun, dalam kesibukan hidup sehari-hari, kita seringkali melupakan betapa berharganya sebutir nasi itu. Kita memandangnya sebelah mata, melupakan bahwa di balik setiap butir nasi, ada petani yang bekerja keras, ada tanah yang subur, ada alam yang memberi.
Sebutir nasi adalah simbol dari kerja keras dan dedikasi. Setiap butirnya adalah bukti dari jam-jam panjang di bawah terik matahari, dari keringat yang menetes, dari tangan-tangan kasar yang bekerja tanpa henti. Sebutir nasi adalah penghargaan atas usaha yang tak kenal lelah, adalah balasan atas doa-doa yang dipanjatkan.
Namun, sebutir nasi juga adalah pelajaran tentang kerendahan hati. Meski begitu penting, nasi tidak pernah membanggakan dirinya. Nasi mengajarkan kita untuk selalu merendahkan diri, untuk selalu menghargai apa yang kita miliki.
Namun, sebutir nasi juga adalah sahabat kita. Nasi adalah teman setia di setiap makan, adalah pengisi perut yang selalu bisa diandalkan. Di dalam setiap suapan nasi, kita menemukan kekuatan, kita menemukan semangat untuk melanjutkan hari.
Sebutir nasi adalah lagu yang tak pernah berhenti, adalah puisi yang tak pernah pudar. Mari kita hargai sebutir nasi. Mari kita jaga dan pelihara sebutir nasi, karena dalam setiap butirnya, ada kehidupan, ada harapan, ada cinta. Mari kita ingat bahwa sebutir nasi adalah hadiah, dan bagaimana kita menghargainya menentukan kualitas hidup kita."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H