Lihat ke Halaman Asli

Agustinus Sipayung

Seorang konsultan di bidang pertanian

Menjadi Caleg Kekayaan Melayang?

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jakarta-KMB. Salah seorang “eks caleg” yang kapok mencalonkan diri sebagai anggota DPR tahun 2014 menuturkan, “ Saya tidak lagi ingin terjun ke dunia politik. Karena jika sekali lagi saya kalah, maka kekayaan saya bisaraib”.

Mengapa bisa terjadi demikian?

Menurut hemat saya, karena banyak caleg DPR atau DPRD yang belum bisa membedakan antara “beriklan” dengan melakukan public relation. Cara pertama terkait pencitraan. Sedangkan cara kedua, berhubungan dengan relasi yang autentik dengan para pemilih.

Cara pertama, media utamanya adalah “media massa” (televisi, radio atau media cetak) sedangkan kedua adalah melalui relasi langsung dan personal dengan para pemilih serta melalui penciptaan komunitas.

Dengan memanfaatkan media massa untuk membangun citra, maka budget yang besar penyewaan space iklan sudah menanti di depan mata. Sedangkan cara kedua biaya yang disediakan relatif lebih murah, namun membutuhkan kepekaan menangkap persoalan di masyarakat, dan secara kreatif mencari solusinya.

Faktanya, pemilih sekarang sudah lebih cerdas, sehingga tidak lagi mudah dimanipulasi oleh teknik-teknik pencitraan yang berusaha memainkan sisi primordial dari pemilih. Saat ini, kebanyakan orang menginginkan pemimpin yang benar-benar berkualitas.

Lalu bagaimana cara agar Anda bisa melakukan kampanye berbudget murah. Cara pertama adalah dengan menjadikan program kampanye sebagai solusi jangka pendek atau jangka menengah terhadap masalah masyarakat.

Misalnya, dengan membantu petani tidak dengan memberikan pupuk, karena pupuk hanya akan habis sekali pakai, tapi dengan membangun kelembagaan petani lalu menyuntikkan modal. Atau dengan menghubungkan kelompok tani dengan pembeli prospektif. Jika ini Anda lakukan, maka Anda tidak memberikan ikan tapi pancing. Karena program ini akan memberikan manfaat berkepanjangan, dan menjadi solusi terhadap masalah yang dihadapi petani.

Cara kedua adalah dengan menyebarkan inovasi. Namun Anda bisa melibatkan beberapa tokoh penting yang menjadi panutan, lalu mengikutkan mereka pada sekolah lapang atau pelatihan. Biasanya mereka akan menyebarkan inovasi tersebut pada pengikutnya, tanpa Anda harus mengeluarkan biaya tambahan. Jelas, budget untuk melakukan ini jelas lebih murah daripada Anda membiaya lebih banyak pelatihan untuk target peserta yang cukup besar.

Dengan teknik PR, meskipun Anda gagal menjadi seorang legislatif, nama Anda akan selalu dikenang oleh mereka yang menikmati program yang Anda kerjakan . Bisa jadi, periode ini Anda gagal, namun ketika program yang Anda rintis tetap berjalan, maka bisa jadi untuk periode selanjutnya Anda berhasil. Dengan melakukan ini juga secara tidak langsung menunjukkan kualitas Anda sebagai seseorang yang “smart” dan juga memiliki keperdulian terhadap masyarakat.

Salam

Hendra Sipayung

Pakar Personal Branding

www.konsultasimenulisbuku.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline