Warnanya putih serta harum wanginya. Melambangkan cinta, ketulusan, dan keabadian. Ia tinggal di kesejukan dataran tinggi.
Beberapa pendaki akrab dengannya. Dari pendaki yang cuma mau nikmati wangi serta mengambil fotonya sampai pendaki bodoh yang mencabut akarnya untuk nafsunya.
Edelweiss juga saat ini makin langka. Tetapi di beberapa tempat tinggi itu, sang bunga kekal masih tetap selalu berdiam cantik — sampai saat di mana kita masih tetap selalu menjaganya.
1. Plawangan Sembalun
Plawangan sembalun terdapat di gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat. Pos paling akhir saat sebelum puncak, 2700 mtr. diatas permukaan laut, satu km. di bawah puncak Rinjani.
Plawangan itu berbentuk jalur sempit di puncak lembahan. Dari sini kita dapat melihat danau segara anak dari atas. Edelweiss ada di beberapa tepi trek. Hati-hati jatuh ke jurang.
Narasi saya saat ke Rinjani dapat dipandang di sini.
plawangan sembalun rinjani
Selamat sore dari plawangan sembalun
2. Alun-Alun Suryakencana
Surya kencana dapat diraih dengan jalan kaki seputar 3-5 jam dari pintu masuk jalur gunung putri. Saya baru coba jalur Cibodas saat ke sana. Maka dari itu belum pernah menginjakan kaki di dataran luas penuh edelweiss yang mitosnya banyak terdengar nada derap kaki kuda prajurit Pangeran Surya Kencana itu — pasti cuma dapat didengar oleh yang mempunyai indera berlebihan.
Kebetulan saya belum pernah ke Alun-alun Surya Kencana di Gunung gede, jadi fotonya pinjem dahulu ya, hehe.