Seperti yang saya sudah tulis dalam beberapa artikel sebelumnya, antara lain "Pendeta Kristen Saling Serang karena Corona, Berbahayakah?" lalu "Bolehkah Orang Kristen Memberikan Kritik kepada Pendeta?" Pada kedua artikel itu saya menyoroti sekaligus menyatakan sikap saya tentang perdebatan yang terjadi di kalangan orang kristen. Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, aktifnya tokoh-tokoh kristen dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, membuat semua ajaran jadi terbuka.
Dalam hal ini, platform paling populer yang digunakan banyak gereja adalah Youtube. Apalagi di tengah pandemi covid19, maka youtube jadi platform populer untuk melakukan ibadah online. Perdebatan di kalangan orang kristen sejatinya bukan hal baru.
Dalam hal teologis misalnya, orang Arminianisme dan Calvinisme sudah dari dulu berdebat dalam dialog resmi yang tertib, tentang doktrin mana yang yang sesuai alkitab (alkitabiah). Para calvinis memegang ajaran John Calvin dan percaya bahwa manusia yang selamat (masuk surga) sudah ditentukan Allah(teori predestinasi). Disini para Calvinis percaya akan kedaulatan Allah yang mutlak.
Sementara orang Arminianisme adalah orang yang mengikuti ajaran Jacob Arminius.Orang Arminianisme percaya bahwa mereka yang masuk surga tidak ditentukan oleh Allah. Melainkan siapapun manusia yang menerima Yesus pasti selamat.
Jadi kehendak bebas manusia masih mengambil peran dalam hal keselamatan. Kalau kamu menolak Yesus ya pasti tidak selamat. Sedangkan Calvinis percaya, mereka yang sudah ditentukan selamat pasti akan selamat karena tidak bisa menolak penetapan Allah.
Penjabarannya tentu tidak sesingkat yang saya tulis di atas.Setiap aliran punya dasar Alkitabnya masing-masing.Dan memegang satu doktrin tidak menentukan seseorang masuk nereka atau surga selama dia percaya Yesus sebagai jurus selamat, Allah tritunggal, dan hal yang bersifat fundamental lainnya.
Seperti yang dikatakan pendeta Esra Soru, ini lebih kepada kekonsistenan dalam berteologi.Dalam hal ini saya ingin menunjukkan bahwa dialog (jika yang anti dengan kata debat) sudah ada dari zaman dulu, hanya saja sekarang lebih terekspos karena adanya youtube.
Banyak yang anti dengan dialog atau debat seperti ini, mereka selalu bilang"Kitakan sama-sama kristen, kita ini satu tubuh di dalam kristus, dll. "Dalam hal ini saya lebih memegang ucapan pendeta Muriwali Yanto Matalu yang berkata,"Banyak diantara kita yang sebenarnya hanya saudara dalam kemanusiaan tapi tidak dalam iman. "Apa maksud ucapan ini? Maksudnya jika yang diberitakan dan dipercayai seseorang bukan Yesus sebagai juru selamat, Yesus yang bukan Allah, tidak mengakui Allah tritunggal seperti yang sudah dirumuskan oleh Pengakuan Iman Rasuli maka sesungguhnya kita bukan saudara seiman.
Tentu kita tetap saling menghormati dan mengasihi, tapi apakah jika mengasihi penyelewengan dibiarkan begitu saja? Banyak orang kristen takut bahwa kekristenan akan terdegradasi, sehingga dicap sebagai agama yang tidak lagi membawa damai karena adanya perdebatan. Selama ini kekristenan berdiri eksklusive di zona kasih. Apapun yang terjadi diam. Konflik apapun yang terjadi di masyarakat diam. Padahal bukan itu yang dimaksud dengan kasih.
Entah siapa dibelakangnya, merespon perdebatan di media sosial antar pendeta, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Kementerian Agama mengeluarkan surat himbauan yang ditujukan kepada pemimpin gereja untuk menghentikan semua perdebatan teologis di media sosial.
Seperti yang sudah banyak dibahas, himbauan ini dinilai tidak tepat. Karena kebanyakan yang terjadi bukanlah perdebatan teologis di media sosial. Memang ada debat teologis seperti yang saya contohkan di atas, antara penganut Arminisme dan Calvinisme. Tapi itu adalah dialog resmi yang dilakukan secara offline jauh sebelum corona ada. Jadi bisa dikatakan itu adalah video lama. Dan isi videonya pun tak ada unsur memecah belah.