Lihat ke Halaman Asli

Boris Toka Pelawi

TERVERIFIKASI

.

4 Hambatan Menulis dan Solusinya

Diperbarui: 9 Juli 2019   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay

Belakangan ini saya seperti tidak bisa menulis apapun, ya apapun, anything, anybody, huekss jangan sok inggris deh lu Bor! Ehm Saya coba mengabaikan dinding tebal yang menghambat saya dalam menulis.Akibatnya ya saya tak menulis apapun selama bulan juni.

Sebulan tak menulis apapun? Hah? Yang benar saja.Sebagai nominator Kompasiana kategori best specific interest tahun 2017 harusnya saya malu.Maka layaklah Kompasiana mencabut gelar saya itu.Memangnya lu menang Bor? Enggak sih hahaha.

Cabut aja tuh gelar mereka yang sudah menang tapi langsung hilang dan gak pernah nulis lagi di Kompasiana…hahaha.Karena terlalu lama tak menulis, maka saya mulai merasakan gejolak di tubuh saya.Saya merasakan ada sebuah kekuatan berkecamuk dalam diri saya.

Mata minus saya sembuh, tangan saya tetiba berotot, dan ketika saya melihat cermin, bola mata saya menjadi biru…Apakah ini efek digigit laba-laba tadi siang saat saya tengah memotret Merijen? Stop! Maaf guys kalau garing.Saya juga merasa bagian ini tidak lucu.Tapi saya terlanjur malas menghapusnya.

Singkat cerita, saya akhirnya memutuskan untuk mengidentifikasi apa gerangan yang membuat saya mengalami kebuntuan dalam menulis.


1.Kelelahan karena pekerjaan lain


Jujur saya lagi banyak kerjaan di kantor.Bukan kerjaannya yang buanyak tapi target saya yang belum hijau, maksudnya saya belum achieve target.Yah begitulah hidup seorang marketing.Tidak ada hari tanpa memikirkan target.Target bukan hanya soal angka untuk dicapai, lebih dari itu, mencapai target artinya kita bekerja, tidak mencapai target artinya kita tidak kerja, makan gaji buta, menjadi beban tim, bahkan layak untuk diberhentikan segera.

Luar biasa beban ini mempengaruhi saya, bahkan saat menulis artikel ini, saya sedang sakit kepala.Jadi sekalian sajalah ya saya curhat.Sapardji Djoko Damono berpesan agar kita tak membuat puisi saat tengah emosional, dalam bahasa lain kini saya mengerti, jangan menulis saat kepalamu lagi pusing, karena kamu memang tak akan selesai menulis apapun.

Agak ngawur sih, tapi begitulah menurut saya.Tulisan harus dilahirkan dari pikiran yang jernih dan tenang.Bahkan harus diketik dengan tubuh yang bugar dan segar agar hasilnya maksimal.Dalam keadaan kelelahan tersebut, sering saya memaksakan diri menghadap layar monitor, jari jemari saya sudah siap di atas keyboard, tapi ujungnya saya hanya kembali mematikan komputer, atau bermain catur melawan komputer.

Kesimpulan saya, kita tak akan pernah bisa menulis dalam keadaan lelah.Maka rehatlah sejenak.Tujuan rehat disini adalah untuk memulihkan diri dengan tekad bisa lebih produktif ke depannya.Inilah yang saya lakukan belakangan ini.Rehat disini bisa diisi dengan membaca buku atau melakukan hobi lain.

Seperti jalan-jalan, menonton, dan menghabiskan banyak waktu dengan orang lain.Semoga setelah beristirahat dan pulih, bisa segera melahirkan tulisan yang berkualitas dan berkuantitas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline