Lihat ke Halaman Asli

Boris Toka Pelawi

TERVERIFIKASI

.

Dunia Kerja Itu Sekolah untuk Belajar Gaya Hidup

Diperbarui: 15 April 2019   14:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar:indogetjob.com

Walaupun tidak bisa dipukul rata, tapi saya sih yakin orang yang sudah kerja dan belum itu pasti beda pembawaannya. Atau, orang yang sama, saya yakin akan beda kepribadiannya ketika dia belum dan sudah bekerja. Entah dia lulusan sarjana atau SMA, seseorang (seharusnya) tak akan pernah sama saat dia sudah kenal dan bergelut di dunia kerja.

Tanpa bermaksud menjustifikasi atau mengeneralisasi, saya sendiri bisa merasakannya saat berada di kampus. Karena saya mengambil kelas karyawan, jadi saya itu kuliahnya sore. Kelas reguler itu kuliahnya pagi. Lalu saat ada sebuah acara atau sesuatu yang membuat kelas pagi dan kelas sore bergabung, dari caranya berinteraksi terasa sekali bahwa mereka yang kuliah mengambil kelas reguler itu terasa sekali sifat kekanak-kanakannya---saya tidak mengeneralisasi ya, sebab ada juga yang kuliah pagi tapi sambil bekerja, ada juga yang tidak bekerja tapi dewasa.

Mereka yang kuliah sore umumnya sudah bekerja---namanya juga kelas karyawan. Bukan hanya dari cara berinteraksi, biasanya dari pola pikir terasa sekali mana mahasiswa yang sudah bekerja dan belum. Pola pikir ini juga mau tak mau memengaruhi topik apa yang dibahas jika kami mahasiswa sedang berkumpul. Karena memiliki beban yang lebih---harus mencari uang--- mungkin inilah penyebab mahasiswa kelas karyawan terasa lebih dewasa.

Apalagi jika di tempat kerja kita memiliki atasan yang berwibawa, pasti akan terasa sekali dampaknya pada diri kita. Dulu saat saya masih kerja di supermarket, ada seorang supervisor yang sangat kentara “termanifestasi” gaya manajer kami. Kebetulan ketika itu kami memiliki manajer yang berwibawa, bijak dan sangat disenangi sekaligus dihargai seluruh karyawan. Mungkin karena sering berinteraksi, sang supervisor perlahan-lahan seperti menjadi jelmaan sang manajer saja. Mulai dari gaya bicaranya, ucapan-ucapannya, dsb..

Kan tidak ada salahnya meniru yang positif ya. Itu sebab saya memiliki keyakinan bahwa di bawah kepemimpinan yang tepat, dunia kerja adalah tempatnya orang-orang diproses menjadi dewasa. Di bawah kepemimpinan yang tepat itu bukan berarti kita bekerja tanpa ada masalah ya. Saya sudah perhatikan bahwa bimbingan seorang atasan di tempat kerja, itu mampu menembus dan mengubah kita tidak hanya sampai cara bekerja, tapi sampai ke “ubun-ubun” dan mengubah total gaya hidup kita.

Kenapa saya bilang gaya hidup? Jadi ceritanya begini, saya pribadi sebenarnya termasuk orang yang cuek soal penampilan. Saya buta mode. Pengetahuan saya soal merek pakaian, celana, tas atau sepatu itu minim banget. Pengetahuan saya soal style bahkan bisa dibilang kosong. Saya tidak tahu casual itu bagusnya pakai celana apa dipasangkan sama baju dan sepatu yang gimana---sepatu saya cuman satu sih, jangan sok punya pilihan.

Nah, suatu hari, karena setiap kali kerja saya hanya pakai kaos yang itu-itu saja, atasan saya pun menegur saya. Dia mempertanyakan bagaimana self management saya. Nah, singkat cerita dari kejadian itulah saya mulai menerima bahwa ya berpenampilan sepantasnya itu ya penting. Atasan saya itu tidak menyuruh saya harus pakai dasi atau pakai sepatu pantofel dengan semiran hitam mengilat setiap hari. Tapi saya paham maksudnya. Intinya berpenampilanlah sebagaimana mestinya.

Lalu bagaimana sekarang, apakah saya sudah jadi orang yang modis? Apakah saya jadi orang yang mengikuti tren pakaian? Haha jangan bercanda! Karena kalaupun saya jadi orang yang modis, stok pakaian saya tidak mendukungnya. Tapi setidaknya sekarang saya tahu, bahwa kita harus belajar mengapresiasi gaya. Soal berpakaian ini hanyalah kasusnya. Lebih dari itu, pelajaran yang bisa kita tangkap sebenarnya adalah tentang bagaimana menempatkan diri dalam berbagai situasi.

Saat belajar menempatkan diri, maka kita akan mempelajari “komponen-komponen” lainnya. Seperti bagaimana cara berbicara dengan atasan dan bagaimana berbicara dengan teman kerja yang selevel. Cobalah bicara dengan atasan dengan gaya blah-bloh. Pertama dia akan menanyakan ulang. Lalu saat kita masih menjawab mirip orang kumur-kumur, dia akan kembali menanyakan ulang, tapi kali ini dia akan bertanya memakai tanda seru!

Tentu setelah itu kita akan belajar untuk menyampaikan sesuatu dengan tenang, komplit dan bisa dimengerti. Eh tanpa terasa, lama-kelamaan, kita semakin diplomatis dalam berkomunikasi. Kalau bicara formal kita akan terkesan berwibawa, kalau mengobrol biasa kita akan terdengar terpelajar. Percaya atau tidak, tanpa kita sadari, dunia kerja yang setiap hari kita geluti akan membangun gaya hidup kita ke arah yang lebih positif.

Orang yang tadinya buta hierarki setelah masuk dunia kerja akan melek prosedur. Kalau ada masalah tak akan langsung main labrak sana labrak sini. Selain itu, kita juga akan lebih menghargai suatu posisi dan tunduk pada otoritas. Bayangkan, universitas mana yang mengajarkan langsung secara praktik ilmu-ilmu model begini. Tidak ada!Saat kita didewasakan di dunia kerja, saya yakin hal itu akan terbawa sampai ke dunia lain---maksudnya sampai ke setiap sendi kehidupan kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline