Lihat ke Halaman Asli

Boris Toka Pelawi

TERVERIFIKASI

.

Simbiosis Mutualisme Antara Menulis dan Berbicara

Diperbarui: 15 April 2019   13:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar (menuliskreatif.com)

Beberapa hari yang lalu saya di beri kesempatan untuk jadi pembicara dalam sebuah perkumpulan rutin yang di adakan oleh perusahaan tempat saya bekerja. Jujur saya bukan orang panggung, itu sebab saya selalu mengalami demam panggung tiap kali di suruh bicara di depan umum. Tapi puji syukur kepada Tuhan yang maha kuasa, demam panggung saya sekarang sudah berkurang seiring putusnya urat malu yang saya miliki hehe (Jadi bukan karena jam terbang saya yang makin tinggi ya hehehe).

Karena temanya bebas dan ditentukan oleh pembicara, maka saya bingung ingin membicarakan apa. Tapi karena sudah di jadwalkan maka mau tak mau saya harus menyiapkan materi untuk nanti disampaikan. Sekonyong-konyong datanglah keajaiban, saya tahu harus menyampaikan apa nantinya. Keajaiban yang saya maksud disini tak bersifat surealis hingga butuh keahlian khusus untuk memahaminya.Keajaiban yang saya maksud bisa dilatih dan semua orang bisa melakukanya. 

Saya sendiri tidak tahu apakah materi yang saya bicarakan saat itu dapat di mengerti 100% oleh pendengar, saya juga tak menanyakan apakah cara saya menyampaikanya menarik atau tidak. Bisa tampil hingga selesai dan tidak pingsan  saja sudah syukur kok, hehe. Tapi tak usahlah dulu berbicara mengenai audiens, biarlah hal itu jadi pembahasan mereka yang ingin jadi pembicara profesional kayak om Mario Teguh. Mari kita bicara diri sendiri dulu.

Saya sendiri sadar kemampuan berkomunikasi itu sangat penting. Baik di kampus saat mempresentasikan tugas, atau di dunia kerja saat mempresantikan laporan kerja. Keduanya membutuhkan kemampuan komunikasi yang baik. Namun dalam prakteknya saya menemukan, bahwa pembahasan mengenai trik dan teknik berkomunikasi yang hanya membahas gesture, mental, dan tata bahasa masih sangat dangkal jika kita ingin lancar berbicara di depan umum.

Ada satu resep ajaib yang menurut saya dapat membuat kita lancar berbicara di depan umum. Resep ini baru kemarin saya sadari saat ditunjuk jadi pembicara (yang membawakan materi sharing). Cara ini tidak dangkal, tidak sekedar bicara tips-tips umum, melainkan jika dilakukan sesering mungkin dapat membangun kapasitas kita sebagai pembicara yang baik, bukan hanya untuk umum namun juga jadi pembicara hingga pendengar yang baik secara intrapersonal dan interpersonal.

Lalu apakah resep dan trik ajaib itu?

Menulis!

Materi yang saya tulis di buku saya untuk di sharingkan (dokumen pribadi)

Kalian tidak percaya? Biar saya jelaskan bagaimana menulis dapat membuat kita menjadi pembicara yang baik.

1. BERBICARA TIDAK BISA SEKEDAR MENGANDALKAN BAKAT ALAMI

Pembicara yang baik belum tentu bisa jadi penulis yang baik, bisa menulis juga belum tentu bisa. Tapi penulis yang baik dapat dipastikan bisa menjadi pembicara yang baik juga. Apa sebab? Penyebabnya, karena menulis membutuhkan orisinilitas.

Bagi saya pribadi orisinilitas adalah salah satu gagasan yang mahal.Banyak membaca hingga mendengar sebenarnya sudah bisa jadi modal untuk jadi pembicara yang baik.Ini adalah bakat alami kita, yaitu mendengar dan melihat (membaca) sesuatu. Namun dengan hanya mengandalkan kedua hal ini, kalau kita tak cukup cerdas, takutnya apa yang kita sampaikan nanti hanya lah sebuah pengulangan, pembahasan umum, hingga sesuatu yang basi dan hanya diramu dengan bahasa versi kita sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline