[caption caption="Stephen King (sumber gambar stephenking.wikia.com)"][/caption]"Salah satu hal buruk yang biasanya dilakukan saat menulis adalah mengumbar kata-kata secara berlebihan. Biasanya, Anda melakukan ini karena merasa malu apabila tulisan Anda terlalu singkat," ucap King. King justru menyarankan untuk menulis apa yang sekiranya perlu untuk ditulis. Singkat tak menjadi masalah. Yang terpenting, pembaca bisa mendapatkan hal yang ingin disampaikan oleh penulis.
Sebagai seorang penikmat yang bukan pakar, bukan pula seorang penulis besar yang telah menulis puluhan buku best seller yang telah diterjemahkan kedalam jutaan bahasa asing, rasanya tak salah bila saya mencoba men-sharingkan ilmu yang saya dapatkan soal dunia tulis menulis yang beseluk seluk ini.Tak jarang saat kita menulis kita mencoba membuat tulisan kita panjang panjang.Terkadang masalahnya bukan karena kita berniat menulis panjang, namun karena bahasa kita berbelit belit jadilah tulisan kita muter muter dan puanjanggg.Tak salah sih menulis dengan panjang, ribuan hingga jutaan kata, kalau memang itu diperlukan agar tulisan itu jelas dan komprehensif.Namun akan jadi masalah jika tulisan yang panjang tersebut hanyalah kalimat yang berulang-ulang atau akumulasi dari kesimpulan yang sama.Kalaupun tidak menjadi masalah buat si penulis, maka hal tersebut bisa jadi masalah untuk si pembaca, akhirnya tulisan kita ditinggalkan begitu saja.
Kali ini saya coba mengutip petuah emas Stephen King soal dunia tulis menulis: jangan berlebihan!Dalam konteks artikel mungkin dua kata 'jangan berlebihan' tersebut dapat menjadi solusi teknis bagi kita yang mencoba menulis artikel panjang.Salah satunya adalah dengan membuat artikel bersambung.Kebayangkan kalau kita menulis di kanal novel, dari seratus halaman A4 semuanya sekali publish, widih bisa sepanjang apa nanti, lebih baik di kirim ke penerbit biar jadi buku.Karena merasa terlalu panjang (berlebihan) itulah maka kita membuatnya bersambung, per bab, per episode, sampai tamat.Dalam konteks menulis perkalimat, hal ini juga berlaku agar kita tak terlalu banyak mengulang ngulang kata yang sama.Saya contohkan nasehat salah satu sahabat, motivator dan guru menulis di kompasiana bernama Bambang Setyawan yang memberi saran pada salah satu cerpen lama saya berjudul Tas Dalam Etalase seperti berikut:
Sory bro, untuk materi tulisan sdh bagus. Sedikit catatan aja :
Cerpen : Tas dalam Etalase
Dalam kalimat langsung, tanda koma ato titik hrs ada sblm tanda petik dua. Contoh :
"Bikin anak ternyata nggak gampang ya bu" selorohnya sesekali pada isterinya.
Yang Benar :
"Bikin anak ternyata nggak gampang ya bu," selorohnya sesekali pada isterinya (perhatikan koma sblm tanda petik dua)
Untuk media umum, yg ada peran redaksinya, kata sambung berulangkali dalam satu aline ato paragraf sangat diharamkan. Kecuali dlm situasi tertentu.
Contoh :
Pria itu selalu mengenangnya dan menceritakan bagaimana dia dan isterinya rajin berpuasa, berdoa, bersedekah dan tak henti henti nya berharap agar Tuhan mengaruniakan seorang anak dalam pernikahan mereka.Ke pada teman kerja, tetangga, bahkan kepada setiap orang yang dijumpainya "Anak saya cantik, lucu dan pintar" selalu dia bercerita dengan bangga akan perjuangan serta kelahiran anak nya yang pertama dan satu satunya.( Di sini terdapat kata Dan 5)
Harusnya :
Pria itu selalu mengenangnya dan menceritakan bagaimana dia serta isterinya rajin berpuasa, berdoa, bersedekah hingga tak henti henti nya berharap agar Tuhan mengaruniakan seorang anak dalam pernikahan mereka.Ke pada teman kerja, tetangga, bahkan kepada setiap orang yang dijumpainya "Anak saya cantik, lucu sekaligus pintar" selalu dia bercerita dengan bangga akan perjuangan atas kelahiran anak satu satunya. (kata Dan yg 4 dihilangkan, masih enak dibaca ato tdk ?)
Sementara gitu dulu, kalo naskah tsb di atas dikirim ke media umum, pasti ditolak redaksi, untung cuma di Kompasiana, ga ada problem.
Nah itulah salah satu nasehat berharga yang dalam bahasa lain ingin berkata jangan berlebihan.Jangan berlebihan menggunakan kata kata yang sama.Jangan berlebihan ini juga berlaku dalam mendeskripsikan sebuah tempat, karakter, suasana atau tokoh dalam sebuah cerita.Contohnya, setiap kali ke toko buku dan membolak balik beberapa novel, saya yang adalah konsumen biasanya langsung mengambil buku lain kalau novel yang saya buka buka tersebut sudah membosankan dihalaman halaman awal.Beberapa hal yang membuat bosan adalah terlalu banyak deskripsi yang mencoba menggambarkan sesuatu, padahal tak mesti dalam setiap barisnya ada unsur detail, kalau semua sudah gamblang imajinasi pembaca buat apa lagi?
Jangan berlebihan juga berlaku untuk semangat kita dalam menulis.Jangan karena ambisi yang membuncah kita jadi giat menulis sebanyak banyak nya tapi malah mengabaikan kualitas.Menjadi produktif dan menulis apa saja sebanyak banyak nya itu beda loh.Produktif itu kita tetap menulis sebagaimana mestinya, tidak membabi buta, apalagi menghujat karena tak ada topik yang ingin dibahasnya namun memakasakan diri harus menulis.Santailah sejenak..
Jangan berlebihan juga berlaku untuk semangat menulis kita.Sediakanlah waktu untuk beristirahat dan membaca.Menulis itu memang seru, karena segala isi pikiran kita tersalurkan.Namun kalau otak sudah diperas tapi tapi tak pernah di isi ulang, nanti isi otak kita apa?Yang namanya berlebihan pasti menghancurkan keseimbangan.Padahal keseimbangan adalah kunci untuk menghasilkan output yang berhasil.Jadi jangan berlebihan ini ternyata bukan hanya berlaku untuk menulis dalam perspektif dan aktivitas teknik menulis tapi juga dalam semangat serta dorongan untuk menulis.Wah kalau begitu jangan berlebihan ini ternyata adalah sebuah sikap dan knowledge yang harus dibangun dalam diri seorang penulis, sepakat ya?
Tips menulis selanjutnya akan ditulis pada artikel berikutnya, salam :)
artikel seputar tips menulis sebelumnya: