Mendengar sebutan Totok Kerot rasanya merinding dan menakutkan karena identik dengan sosok yang mengerikan. Keberadaan Arca tersebut menurut legenda terjadi karena sabda dari Raja Terkenal Sri Aji Jayabaya terhadap puteri dari daerah Lodoyo Blitar. Kalau itu benar berarti Arca Totok Kerot keberadaannya sejak Kerajaan Jayabaya Kediri. Dulu Arca ini berada dibawah pohon dan di bawah permukaan tanah, sekarang sudah dipugar dan diberi landasan dan berada di permukaan tanah (lihat Gambar). Arca tersebut sekarang bisa dan mudah dilihat dan diamati betapa tingginya nilai seni dan peninggalan sejarah bangsa kita. Letaknya di pinggir jalan raya kendaran roda empat bisa mencapai lokasi dekat Arca. Sayangnya Arca tersebut sudah tidak lengkap lagi karena salah satu tangan arca putus/patah dan patahannya tidak ditemukan.
Apabila kita berkunjung atau berwisata ke Kota/ Kabupaten Kediri tidak lengkap kalau tidak melihat arca yang cukup besar dan terkenal di Kediri tersebut. Arca Totok Kerot berlokasi di Desa Bulu Pasar Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri, Sekitar 3-4 km kearah utara dari Simpang Lima Gumul Kabupaten Kediri. Cagar budaya Arca Totok Kerot berada diarea persawahan masyarakat yang biasa ditanami tanaman pangan seperti jagung, padi tebu dan sejenisnya.
Mengapa disebut Totok Kerot, dari berbagai informasi tidak ditemukan mengapa bernama Totok Kerot. Sebenarnya saya ingin menggali informasi yang lebih mendalam dan logis tentang arca ini namun tidak menjumpai satupun petugas yang berada disekitar tempat tersebut saat saya berkunjung kesana, mungkin masih dalam suasana idul fitri. Bukti-bukti tertulis disekitar arca juga tidak saya temukan hanya papan nama bertuliskan cagar budaya arca Totok Kerot Dwarapala, pagar besi yang mengelilingi arca yang didalamnya ada papan pengumuman larangan merusak/mengganggu dan sejenisnya yang dikeluarkan oleh BPCB Jawa Timur. Rasanya belum puas untuk mengorek keterangan yang lebih mendalam tentang keberadaan arca tersebut.
Alangkah baiknya kalau cagar budaya tersebut dilengkapi dengan alur cerita yang cukup memadahi sehingga sejarah peradapan bangsa/masyarakat kita dapat tercermin dari informasi tersebut. Untuk memperoleh gambaran informasi yang lebih detail saya mencoba membaca berbagai cerita rakyat yang melegenda hingga saat ini kurang lebih kalau diceritakan adalah sebagai berikut :
“Totok kerot adalah penjelmaan puteri dari daerah Lodaya (Lodoyo) Kabupaten Blitar, yang nekat pergi ke Kerajaaan Jayabaya Kediri karena ingin diperistri oleh Raja Sri Aji Jayabaya. Menurut cerita sempat terjadi peperangan dengan pasukan kerajaan Jayabaya dan akhirnya sang puteri ditemui oleh Raja Sri Aji Jayabaya, dan apabila keinginan putri tersebut tidak dikabulkan maka peperangan akan terus dilakukan. Namun tuntutan sang puteri tersebut ditolak sehingga terjadi perang tanding diantara keduanya. Setelah terjadi peperangan ternyata puteri Lodoyo terdesak dan disabdo(sabda) oleh Raja Sri Aji Jayabaya bahwa puteri cantik tapi memiliki kelakuan seperti buto (raksasa) dan seketika putri tersebut berubah menjadi arca perempuan berbentuk raksasa. Diceritakan juga bahwa bahwa Arca Totok Kerot pernah dipindah ke di Alun – Alun Kota Kediri dan tidak mau dipindah, konon dalam waktu satu malam arca tersebut pindah lagi ketempat asalnya di Desa Bulupasar, Kecapatan Pagu Kabupaten Kediri hingga saat ini”.
Rasanya kalau legenda turun temurun tersebut diulas kembali pada Jaman yang sudah modern saat ini kira-kira kurang menarik terutama bagi anak-anak muda, karena hal-hal yang bernuansa mitos lambat laun akan menjadi hilang. Kita yang sudah terbiasa berpikir rasional kalau hanya membaca legenda rasanya kurang lengkap. Barangkali pengetahuan cagar budaya Arca Totok Kerot perlu dilengkapi dengan data-data yang relevan misalnya kapan dibuat, jenis batu, siapa pematungnya, raja yang memerintahkan, mengapa dibuat arca tersebut, mengapa terletak di desa lokasi tersebut, mengapa tangan arca yang satu putus, perlu dijelaskan yang lebih detail dan lebih rasional.
Keberadaan situs budaya Arca Totok Kerot sebenarnya juga punya potensi untuk dikembangkan sebagai wisata peninggalan purbakala, namun harus terintegrasi dengan tempat peninggalan purbakala yang lain seperti Pamuksan Sri Aji Joyoboyo, Sendang Tirtakamandanu, Situs Semen, Simpang Lima Gumul. Tempat-tempat tersebut berada di kawasan yang relative berdekatan sehingga bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung di Kediri yang pada gilirannya masyarakat sekitar yang dapat diberdayakan. Semoga bermanfaat (SKT-UWG 2016)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H