Waktu terus berjalan dan bulan ramadhan begitu cepatnya berjalan dan akan meninggalkan kita semuanya beberapa hari lagi. Mungkin Al-Qur’an belum maksimal dibaca dan kita belum sepenuhnya mengerti maknanya, mungkin shalat wajib, sholat teraweh dan sholat sunah kita belum maksimal bahkan puasa kita juga belum optimal untuk kita laksanakan. Kita sudah dipertemukan dengan idul fitri, mari kita serahkan semua ibadah kita kepada Allah SWT, seraya memohon ampunan dan semoga dipertemukan pada bulan romadhon tahun berikutnya.
Idul fitri adalah waktu yang ditunggu-tunggu oleh Umat Islam di seluruh dunia setelah menjalankan ibadah puasa Romadhon sebulan penuh. Masyarakat menyambut Idul Fitri dengan penuh suka cita mulai dari anak-anak sampai orang tua. Penulis ingin menyampaikan pesan kepada masyarakat tentang pergeseran budaya yang terjadi pada saat merayakan lebaran (Idul Fitri) dari masa kemasa, dimana pergeseran tersebut tanpa kita sadari apakah membawa kebaikan atau sebaliknya.
Pergeseran suguhan kue lebaran.
Kue lebaran merupakan salah satu hidangan yang diberikan secara gratis oleh pemilik rumah kepada tamu saat bertamu pada masa lebaran (Idul Fitri). Kalau diamati bentuk dan jenis kue lebaran telah banyak yang berubah. Pada era sebelum tahun 1990 kue lebaran dibuat oleh masyarakat sendiri dan berasal dari bahan baku lokal/ asli Indonesia seperti : opak gadung dari ubi gadung, opak ladu dari tepung beras, opak gambir dari tepung beras ketan, rengginan dari beras ketan, criping telo dari ketela pohan, marning jagung dari jagung , madumongso dari ketan hitam, jenang dari tepung ketan dan lain-lain. Namun saat ini suguhan tersebut jarang dijumpai dan banyak bergeser ke berbagai makanan ringan (snacks), biscuit, roti yang berbahan baku tepung terigu yang hingga saat ini masih impor dan diproduksi oleh Industri pangan yang besar.
Pergeseran dalam berkunjung.
Pada masa sebelum tahun 1990 berkunjung pada saat Idul Fitri sungguh sangat meriah dari rumah ke rumah dengan tujuan memohon maaf dan bermaaf-maafan, dan tradisi bahwa yang lebih muda mengunjungi yang lebih tua tanpa melihat status social. Kondisi tersebut lambat laun juga mulai bergeser menjadi pertemuan keluarga dengan menyewa hotel atau tempat-tempat yang bisa menampung orang banyak untuk pertemuan keluarga, teman untuk kepentingan halal bi halal dan kadang membahas hal-hal lain sehingga makna Idul Fitrinya berkurang. Bahkan saat ini dengan kemajuan teknologi informasi sebagian telah memanfaatkan WA, SMS, Face book dan sejenisnya.
Kecenderungan ke tempat wisata dan hiburan lebih utama.
Momentum lebaran juga banyak dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk cenderung berwisata dan tempat hiburan dibandingkan berkunjung kesanak saudara untuk bermaaf maafan. Kondisi ini bisa kita lihat betapa ramainya tempat-tempat wisata dan hiburan pada hari-hari idul fitri atau beberapa hari setelah idul fitri.
Apakah hal tersebut membawa kebaikan atau sebaliknya. Oleh karena itu mari kita simak bersama-sama hal-hal yang dilarang dan dimakruhkan dalam Idul Fitri. Kita mudah terlena setelah mendapat suatu kenikmatan atau kesenangan tertentu termasuk pada saat hari raya Idul Fitri yang menjadi bukti kefitrahan jiwa dan hati kita justru terjerumus dalam perbuatan dosa. Beberapa hal yang dilarang atau dimakruhkan yang sering kata jumpai bahkan kita lakukan pada saat hari raya idul fitri diantaranya : (1).Mengkonsumsi makanan yang berlebihan(tabdzir), karena saking banyaknya makanan yang enak-enak membuat kita lupa setelah berpuasa di bulan Romadhon.
Kita diingatkan oleh Allah SWT di (QS. Al-A’raf 31) yang artinya makan dan minumlah kalian, tapi janganlah kalian berlebih-lebihan, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (2). Berpakaian dan berdandan yang berlebihan. Pakaian yang bagus dan indah disunnahkan untuk dipakai pada hari raya Idul Fitri, namun kalau berlebihan, aurat tidak jerjaga, terlalu menyolok, terlalu ketat justru tidak baik. Kita telah diingatkan oleh Allah SWT dalam firmannya di surah Al-Ahzab 33 yang artinya “Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (3). Sering kali kita betemu keluarga teman yang lama tidak ketemusehingga kita bercanda yang berlebihan, pada hal bercanda dan tertawa yang berlebihan termasuk perkara yang dimubahkan. (4). Pada perayaan Idul Fitri hendaknya kita selalu ingat waktu sholat dan tetap tidak boros namun juga tidak kikir untuk hal-hal yang tidak perlu.
Semoga tulisan ini dapat memberi peringatan kepada kita semua dalam menyambut dan merayakan Idul Fitri. Semoga bermanfaat (SKT-UWG 2016)