Kota Batu dan Kota Malang adalah kota yang identic dengan kota buah apel, sehingga sering dijuluki bahwa Malang dan Batu sebagai Kota apel. Kalau anda traveling ke Jawa Timur rasanya tidak lengkap jika tidak mengunjungi Kota Wisata Batu dan Malang. Tidak heran kalau hari libur, hari Sabtu dan Minggu kondisi jalan menuju Kota Batu selalu ramai dan kadang-kadang macet karena banyaknya masyarakat yang akan berwisata ke Kota tersebut.
Nasib apel Batu dan Malang
Buah apel Batu dan Malng dulu terkenal di seantero Indonesia, namun sekarang terjadi pergeseran karena masyarakat sudah beralih pada buah apel Impor yang harganya relative murah, warna dan citarasanya juga lebih menarik.
Sebanarnya buah apel merupakan salah satu maskot Kota Batu dan Kota Malang untuk menarik wisatawan, namun sekarang apakah apel Batu dan Malang masih memiliki daya pikat bagi wisatawan. Pertanyaan tersebut menggelitik kita semua karena apel impor ternyata sudah membanjiri kota Malang, Batu dan sekitarnya. Kalau mau bertahan maka apel Batu maupun apel Malang harus mampu memperbaiki kualitas sehingga bisa bersaing dengan apel impor.
Beberapa tahun terakhir banyak obyek wisata baru yang sengaja dikembangkan oleh Pemerintah Kota Batu bersama masyarakatnya. Pengembangan obyek wisata baru tersebut terbukti mampu menarik wisatawan baik domestik maupun manca Negara. Hal ini menjadi peluang pasar yang baik untuk mendongkrak eksistensi apel khas Batu maupun Malang.
Namun kenyataanya menurut berita yang dirilis oleh WWW.antarajatim.com 2016menyebutkan bahwa populasi tanaman dan produksi buah apel Batu terus merosot dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2005, dari 2,6 juta tanaman, hanya 2,2 juta yang produktif. Produksi buah apel sebanyak 1.235 ton memiliki produktivitas hingga 28 kg/tanaman. Lima tahun kemudian, dari 2,5 juta tanaman yang tersisa, hanya 1,9 juta pohon yang produktif. Produktivitas pun menurun menjadi 17 kg/tanaman, dengan hasil produksi 842 ton.
Di samping itu beberapa informasi yang diperoleh bahwa banyak petani apel Batu/Malang mengatakan bahwa harga jual apel Batu/Malang tidak menutup biaya produksi dari petani. Hal ini diduga karena adanya Liberalisasi impor produk hortikultura sehingga buah apel impor membanjiri Indonesia dengan harga yang relatif murah.Sedangkan dilihat dari harga, apel lokal jauh lebih murah dibandingkan apel impor namun tetap kalah bersaing dengan apel impor.
Oleh karena itu perlu solusi agar eksistensi apel Batu dan Apel Malang tetap bertahan dan menjadi daya pikat wisatawan baik domestic maupun mancanegara.
Pemikiran untuk mengembalikan daya pikat apel khas Batu dan Malang
Berikut beberapa pemikiran untuk mengembalikan daya pikat dan citra apel Batu dan Malang untuk mengimbangi membanjirnya apel impor yang masuk ke Indonesia :
1. Memperbaiki sistem budidaya dan penanganan pasca penen.