Lihat ke Halaman Asli

Resensi Film | Kaabil dan Gigitan Cinta

Diperbarui: 1 Juni 2017   18:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di sebuah kafe, duduk dua orang pemuda-pemudi yang bercerita tentang gigitan cinta yang ranum kemerah-merahan, sambil tersenyum malu-malu, keduanya adalah Rohan dan Supriya.

Cerita nakal adalah hal yang sering terjadi di kalangan anak muda, tentunya merupakan momok bagi orangtua di zaman sekarang. Rohan dan Supriya bukan mengajarkan kita tentang gigitan cinta yang ranum itu namun mengajarkan kita bagaimana seorang tuna wisma pun bisa menikmati warna-warni dunia, setidaknya mata mereka tak bisa melihat namun mereka memilliki pikiran dan mata hati yang mampu mengambar warna.

Cerita tentang gigitan cinta pada paragraf pertama di atas adalah salah satu sceen dalam film garapan Sanjay Gupta yang dibintangi oleh Hrithik Roshan sebagai Rohan dan Yami Gautam sebagai Supriya pada film yang berjudul Kaabil yang dirilis pada 25 januari 2017.

Rohan dan Supriya adalah penderita tuna netra yang saling jatuh hati dan memutuskan untuk hidup bersama dan berumah tangga. Rohan bekerja sebagi pengisi suara pada sebuah stasiun yang menyiarkan film kartun, sementara Supriya bekerja di sebuah LSM.

Ketika seorang telah bebicara tentang pasangan, hidup yang sesungguhnya tengah dimulai. Menghidupi istri, anak dan memikirkan masa depan keluarga, juga kehidupan hari tua. Hal ini lumrah terjadi pada kebanyakan orang namun beda hal jika terjadi pada penderita tuna netra, tentunya harus memiliki keberanian yang tak sedikit.

Kehidupan mereka bagai bunga-bunga yang berwarna-warni, namun semuanya berubah ketika dua orang preman lokal Amit Shellar dan Wasim datang memperkosa Supriya. Amit Shellar adalah adik dari Madhavrao Shellar, seorang politisi terkenal.

Rohan dan Supriya berniat melapor pada polisi ketika dalam perjalanan ke Rumah Sakit untuk melakukan visum, mereka dicegat oleh anak buah Madhavrao Shellar lalu disekap, dipaksa mengurungkan niat untuk menempuh jalur hukum karena akan menganggu citra dari Madhavrao Shellar, kemudian mereka dibuang di pinggiran kota, namun ketika mereka melakukan visum dan melapor kasus ini pada kepolisian hasil visum itu tak lagi positif.

Polisi menolak laporan mereka, rumah tangga mereka terancam diujung tanduk. Membuat bunga-bunga dalam kehidupan rumah tangga Rohan dan Supriya layu dan semua warna-warna memudar. Namun, sebagai manusia biasa kejatuhan adalah hal mutlak. Ketika Rohan bangkit dan hendak memperbaiki kembali rumah tangganya, Supriya sudah tak bernyawa, menggantung diri.

Supriya meninggalkan surat yang menceritakan kronogis kematiannya karena diperkosa kali kedua oleh Amit dan Wasim, Rohan tak memiliki daya sebab polisi setempat adalah kaki tangan dari Madhavrao Shellar.

Rohan mencoba sekuat tenaga untuk menuntut keadilan, akankah ia temukan? Ataukah dia akan melakukan balas dendam, dan apakah bisa, seorang tuna netra bisa membalas dendam? Sebelum masuk pada ending film ini kita bahas beberapa hal berikut:

Hal seperti ini bukan hanya di dunia fiksi, namun terjadi di dunia nyata antara polisi dan politisi yang berselingkuh dan mengorbankan rakyat kecil, akhirnya keadilan hanya berlaku pada yang berkuasa dan menindas yang kecil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline