Lihat ke Halaman Asli

Langit Tanpa Tiang!

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Langit diciptakan tanpa tiang. Menghampar luas mengandaikan kebebasan. Tinggi tak terkira menyimpan jutaan pertanyaan. Indah mempesona menjanjikan ketakjuban. Berlapis tujuh menyajikan sistematika yang sempurna. Langitadalah ibarat bagi manusia untuk melintasi cakrawala. Ia adalah perintah bagi manusia untuk merumuskan cita setinggi-tingginya. Menentukan arah masa depan dengan penuh kebebasan. Memformulasi pertanyaan-pertanyaan dan menemukan jawaban. Memahat optimisme serta merawat semangat kemajuan. Menyiapkan seribu jalan dalam menghadapi segala kemungkinan.

Tidak hanya langit, Tuhan juga meletakkan gunung-gunung agar bumi tetap seimbang dan tidak goyang. Ini tamparan bagi manusia agar tidak hanya memiliki cita-cita setinggi langit. Setelah memiliki cita-cita manusia tidak boleh lupa di mana kakinya berpijak. Pijakan mesti kuat agar tidak goyah dalam mengawal cita-cita. Pijakan harus kokoh agar apa yang diinginkan tetap terbungkus rapih, tidak robek dan berceceran di tengah perjalanan.

Setelah pijakan kokoh, pelan tapi pasti kita melangkah dengan mantap ke depan. Membabat segala rintangan, menghalau aneka rupa godaan. Langkah merupakan aksi nyata mendekatkan asa dengan realita. Jembatan untuk memperpendek jarak antara keinginan dan kenyataan. Inilah kesempatan untuk membumikan cita-cita. Tanpa aksi, cita hanya menjadi cita yang tak pernah membumi.

Tuhan kemudian memperkembangbiakkan segala macam jenis makhluk bergerak yang bernyawa di bumi. Perkembangbiakkan beragam jenis makhluk mengingatkan kita untuk tidak membabi-buta dalam menggapai cita-cita. Terdapat ekosistem yang mesti dijaga kelestariannya. Manusia mesti menjaga relasi dengan alam agar terjadi keselarasan. Ada tumbuhan, hewan, dan manusia. Kita mesti saling mengenal dan membantu satu sama lain dalam mewujudkan cita-cita kolektif manusia. Saling menyapa dan bergandeng tangan merajut masa depan.

Tuhan kemudian menurunkan air hujan dari langit, dan menumbuhkan segala macam tumbuhan yang baik. Ini lagi-lagi tayangan nyata untuk manusia, air hujan adalah cinta kasih agar menghasilkan buah kebaikan bersama. Cinta kasih merupakan pelumas bagi keharmonisan dan keberlanjutan kehidupan. Puncak dari segala cita manusia adalah kemaslahatan bersama.

Demikian Tuhan menciptakan alam sebagai kitab yang tak habis dikaji. Kini saatnya kita mulai meluruskan cita-cita kehidupan, menetapkan seribu langkah untuk menggapainya, menjaga alam sebagai sumber daya dalam mewujudkannya, serta mengedepankan cinta kasih antara sesama makhluk, hingga akhirnya kemaslahatan bersama dapat berdiri kokoh di muka bumi. Semoga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline