Jabungan (6/8). Kota Semarang secara geografis terletak cukup dekat dengan Laut Samudera Hindia di selatan Pulau Jawa. Di wilayah laut tersebut banyak terdapat suatu lempengan dan lipatan yang tidak stabil dan sewaktu waktu bisa bergeser. Hal inilah yang menyebabkan Kota Semarang seringkali merasakan dampak guncangan akibat pergeseran lempeng tersebut. Kota Semarang termasuk zona gempa yang tinggi dan rawan jika dilihat dari titik sumber gempa dan intensitasnya. Melihat kondisi Kota Semarang yang rawan terjadi gempa, maka penting untuk meminimalisir resiko dan dampak akibat gempa. Salah satu upaya untuk meminimalisir resiko dan dampak akibat gempa adalah dengan membangun rumah tahan gempa. Mengingat kurangnya wawasan warga tentang rumah tahan gempa, maka diadakan edukasi dan sosialisasi rumah tahan gempa yang digagas oleh Tohap Sitohang ( 21 ), mahasiswa jurusan Teknik Sipil , Universitas Diponegoro.
Edukasi tentang rumah tahan gempa dilakukan dengan membuat banner yang berisi tentang komponen rumah tahan gempa. Edukasi ini dipelajari dari keilmuan teknik sipil dan ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami warga. Secara garis besar terdapat 6 komponen rumah tahan gempa yang membuat rumah menjadi lebih kokoh dan ringan untuk meminimalisir resiko. Komponen rumah tahan gempa adalah sebagai berikut :
1. Pemakaian batu bata putih.
2. Pondasi kali menerus dengan kedalamaan minimal 80 cm
3. Sengkang kolom dibuat tekukan 45 derajat
4. Denah simetris
5. Atap galvalum dan kuda-kuda baja ringan
6. Dipasang tulangan penghubung kolom dan dinding
Selain pemasangan banner rumah tahan gempa, program KKN ini juga melakukan sosialisasi ke beberapa warga khususnya warga yang berprofesi sebagai pemborong dan stakeholder yang tertarik di dunia konstruksi . Dengan adanya sosialisasi maka warga bisa lebih paham dan mengerti penjelasan komponen rumah tahan gempa yang sangat penting untuk diterapakan di Kelurahan Jabungan.