Lihat ke Halaman Asli

Menikmati Waktu Mengkonsumsi Obat

Diperbarui: 29 Januari 2018   09:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Perjalanan bersama "persoalan kardiovaskular" mengantarkan saya ke beberapa tempat dan situasi.  Saya sengaja menggunakan istilah "persoalan", bukan kata "penyakit", karena "persoalan" ini menjadi bagian dari diri saya seumur hidup. Kalau saya gunakan kata "penyakit", itu mejadikan saya mempunyai penyakit seumur hidup, dan itu kadang kurang nyaman untuk dilalui. Sementara kalau memakai istilah "persoalan", rasanya lebih "soft", karena semua orang punya persoalan. Bahkan persoalan masing-masing orang sudah ada sejak lahir sampai saat sampai ke liang lahat. 

Pada diri saya, persoalan kardiovaskular adalah kenyataan bahwa sejak beberapa tahun lalu jantung saya sudah dipasangi "stent", yaitu "pipa saluran" yang menjadi alat bantu pada saluran pembuluh darah di jantung untuk memperlancar aliran darah. Orang awam menyebut stent dengan istilah "ring jantung" , mungkin karena bentuknya bisa berbentuk cincin. Stent terpaksa harus dipasang karena saluran pembuluh darah jantung mengalami penyempitan akibat banyaknya timbunan plak. Plak sesungguhnya berupa residu atau sisa kolesterol yang menumpuk, karena sistem metabolisme tubuh tidak mampu lagi membuang kolesterol dari pembuluh darah. Plak inilah yang menjadi biang kerok persoalan kardiovaskular pada diri saya.

Untuk sampai pada situasi di mana kardiovaskular menjadi suatu persoalan, saya melalui berbagai proses dan tahapan. Harap diingat, bahwa bagi sebagian orang, kardiovaskular bukanlah merupakan suatu persoalan. Bagi saya kardiovaskular sudah menjadi persoalan obat, dokter, rumah sakit, makanan, diet, olah raga, istirahat, gaya hidup, sistem jaminan kesehatan beserta hal-hal lain yang berkaitan dengan itu.  

Sudah beberapa tahun ini saya harus mengkonsumsi beberapa obat setiap hari, dan itu harus berlangsung seumur hidup. Ketika awalnya diberitahu dokter harus mengkonsumsi obat secara terus menerus, saya sempat tidak mau percaya, bahkan mencoba menghindar.

Masalahnya obat-obatan itu bukanlah seperti nasi atau air yang cuma sekedar bikin kenyang. Pada umumnya semua obat punya efek samping, apakah itu obat modern, obat tradisional ataupun obat herbal. Apalagi obat yang berkaitan dengan jantung, semua punya efek samping. Sewaktu diberi resep oleh dokter, saya mencari informasi tentang obat-obatan tersebut di sumber-sumber internet yang berafiliasi dengan kesehatan. Sumber referensi utama saya adalah Web Md dan Netdoctor. Kalau kedua sumber ditelusuri, akan jelas efek saming setiap obat. 

Untuk persoalan obat ini, saya sempat secara agak disengaja melanggar saran dan anjuran dokter perihal mengkonsumsi obat. Setelah beberapa bulan rutin minum obat, saya merasa sudah agak baikan, sehingga lalai mengkonsumsinya. Pertimbangannya, supaya efek samping obat-obatan tidak menimbun dalam tubuh saya. Tapi apa lacur?  Beberapa bulan kemudian, gejala-gejala persoalan kardiovaskular mulai terasa kembali. Dada terasa nyeri, lalu tubuh mudah capek. Sewaktu saya bertemu dokter, ditanya tentang disiplin minum obat. "Apakah bapak kurang telaten minum obat?", begitu dokter bertanya. Saya terpaksa ngaku bahwa banyak "bolong-bolong". 

Ketidak disiplinan itu bisa membawa ke jalur bahaya. 

Catatan:

Tulisan ini mestinya belum tayang, karena belum selesai. Tapi secara tak sengaja saya menekan tombol "tayang". Terpaksa diedit dan akan dilanjutkan kemudian pada tulisan berikutnya bagaimana menikmati minum obat. Maaf.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline