Setiap orang dan setiap suku selalu memiliki sesuatu yang mereka banggakan akan diri mereka, tetapi seharusnya setiap orang juga menyadari bahwa mereka selalu memiliki kekurangan yang merupakan paket dari kelebihan mereka itu. Sekiranya bumi kita ini berisikan hanya manusia-manusia yang rendah hati, betapa indahnya, itu pasti bukan dunia lagi, itu rasanya sudah surga. Tetapi inilah faktanya, kita adalah manusia berdosa dan saya kira tak berlebihan jika saya mengatakan semua manusia memiliki kesombongan dalam diri mereka, meski takarannya berlainan satu dengan yang lain.
Surat Roma ini pun dituliskan juga karena isu kesombongan itu, orang Yahudi merasa mereka lebih daripada non Yahudi dan Non Yahudi yakin mereka lebih baik daripada Yahudi. Itulah yang membuat ketegangan dan persoalan terjadi. Manusia tidak seharusnya merasa dirinya lebih baik dari manusia yang lain. "Jadi bagaimana? Adakah kita mempunyai kelebihan dari pada orang lain? Sama sekali tidak. Sebab di atas telah kita tuduh baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa, seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak." Roma 3:9-10." Kita mesti melihat gambaran besarnya, yakni bahwa kita semua adalah sama-sama orang berdosa. Begitu terfokus pada bagian kebaikan kita yang kecil itu hanya membuat kita sombong dan picik akan begitu banyak hal lain lagi.
Kesombongan mudah sekali dikenali dalam sikap tinggi hati, tetapi minder atau rendah diri juga adalah bentuk kesombongan. Orang yang rendah diri merasa orang lain lebih hebat darinya, ia merasa dirinya tidak berguna. Dan kita setuju bahwa kita semua adalah ciptaan Allah yang satu, bahwa Dia menciptakan kita secara luar biasa dan untuk tujuan yang luar biasa juga. Merasa diri kita kurang berarti kita sedang menentang dan merendahkan sang Pencipta sendiri, lihat betapa sombongnya itu. Kita tidak perlu menjadi lebih hebat dari orang lain untuk merasa okay dengan diri kita sendiri, Kita hanya perlu mengetahui tujuan dan perasaan sang Pencipta ketika menciptakan kita. Rasa aman dalam keyakinan itulah yang akan membuat kita sanggup memiliki karakter rendah hati yang akan membuat semua rancangan Allah mungkin terjadi dalam dan melalui diri kita.
1. SAYA PENTING, ORANG LAIN JUGA PENTING
Kita tidak menjadi percaya diri dengan merendahkan atau menjatuhkan orang lain, itu namanya kesombongan. Allah yang sama menciptakan kita semua karena itu kita sama pentingnya di hadapannya. Percaya diri yang sehat dibangun atas pemahaman bahwa saya penting dan orang lain juga sama pentingnya. Saya tidak kurang dari orang lain dan juga tidak lebih dari orang lain. Kita akan hidup penuh kasih dan respek jika prinsip itu ada dalam hati kita.
2. INGATLAH AKAN KELEMAHAN KITA, ITU BISA MENJAGA KERENDAHAN HATI KITA
Menyadari cacat cela kita dan anugerah Allah yang melimpah bagi kita pasti membuat kerendahan hati kita awet. Jadi ingatlah siapa diri kita, kekurangan dan keberdosaan kita, bukan untuk mengasihani diri sendiri atau merasa tidak berguna, tapi sebaliknya untuk membuat kita tahu diri dan selalu memuja kebaikan Allah kepada kita. Secara demikian pula kita berbuat baik kepada sesama kita.
3. ALLAH KITA RENDAH HATI, DIA SUKA DAN MEMAKAI ORANG YANG RENDAH HATI
Jika Allah yang sempurna itu saja rendah hati, apakah dasar kita untuk bersombong ria lagi? Allah enggan memakai orang congkak, justru Dia selalu merendahkan mereka, sebab orang yang sudah meninggikan diri sudah mentok, tak bisa ditinggikan lagi. Tetapi Allah akan memakai kita sehabis-habisnya selama kita memelihara kerendahan hati.
Bapa, saya tahu betapa saya tidak ada apa-apanya dan Engkau mau memakai hidup saya. Saya memuji dan meninggikan kebesaranMu. Amen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H