Membaca buku adalah sebuah aktivitas yang menyenangkan. Selain bisa menambah wawasan, membaca buku juga bisa menjadi treatment otak agar bisa menjalankan fungsinya dengan optimal.
Setelah menyadari bahwa saya sangat menyukai dunia kepenulisan, saya mewajibkan diri untuk rajin membaca banyak buku. Jika dulu saya hanya menyukai buku-buku fiksi, kini saya mulai merambah membaca karya-karya non fiksi.
Sebagai blogger pasti ada harapan jika tulisan kita akan banyak dibaca dan bermanfaat untuk banyak orang. Oleh karena itu, kemampuan untuk menyusun kata-kata dalam kalimat, penggunaan tanda baca, pemilihan diksi, juga ide dan gagasan dalam tulisan perlu diperhatikan. Dan hal itu tentunya tak hanya muncul begitu saja tanpa usaha. Dengan membaca kita bisa melatih itu semua.
Namun, ada kalanya saya merasa tidak pernah bisa benar-benar fokus membaca buku yang sedang saya buka. Padahal untuk membaca buku saya memang perlu mengkhususkan waktunya, karena saya harus membagi waktu antara menjadi pekerja dan ibu rumah tangga. Saya juga bukan orang yang bisa dengan mudah langsung fokus pada buku yang sesungguhnya sedang ingin saya baca.
Kadang untuk 1-2 paragraf pertama harus saya membacanya berulang-ulang agar saya paham apa maksud dari tulisan tersebut.
Ternyata ini terjadi tak hanya pada saya pribadi, hal Ini juga dirasakan oleh banyak orang. Jika dulu saya meyebut keadaan ini dengan gagal fokus alias galfok, ternyata ada istilah yang lebih gaul dan relevan untuk menggambarkannya, yakni Zoning Out.
Menurut collinsdictionary.com, istilah Zoning Out (Zone Out) adalah sebuah kondisi ketika kita berhenti menyadari apa yang terjadi di sekeliling, entah karena kita sedang santai atau karena Anda bosan.
Jika dikaitkan dengan aktivitas membaca buku, bisa diasumsikan bahwa Zoning Out adalah kondisi di mana kita tak lagi bisa fokus pada apa yang sedang kita baca karena berbagai alasan yang cukup mempengaruhi konsentrasi.
Bagi saya pribadi masalah-masalah yang umumnya menjadi pemicu kondisi zoning out ini terjadi yakni:
Otak sedang lelah