Lihat ke Halaman Asli

Ajeng Leodita Anggarani

TERVERIFIKASI

Karyawan

Membersamai Kompasiana Hingga 16 Tahun Usianya Tak Ada yang Sia-Sia

Diperbarui: 11 Oktober 2024   13:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : Grup Pulpen Kompasiana

Berbicara tentang Kompasiana, rasanya sampai tak bisa berkata-kata. Semua campur aduk ada di sini. Mulai dari senang, sedih, bahagia, bangga, pokoknya banyak rasa yang muncul setelah mengenal blog keroyokan tercinta ini.

Sejak 2011 saya mengenal Kompasiana. Mengawali diri dengan menulis sejumlah fiksi di akun pertama. Headline bukan lagi barang baru bagi saya ketika itu. Sampai bisa menikmati bangganya tulisan saya bisa mejeng di lembar Freez sebanyak 3 kali.

Setelah itu saya menikah dengan Kompasianer Bandung di bulan Maret 2013. Sejak itu saya fokus pada rumah tangga juga menyibukkan diri dengan bekerja di sebuah perusahaan swasta. Kegemaran menulis tergerus waktu yang tak kunjung bisa disisihkan barang sebentar saja. Ditambah lagi teman-teman seangkatan saya juga sudah beranjak dari dunia kepenulisan dan menjalani hari-hari mereka tanpa Kompasiana.   

Di tahun 2019 saya mulai kembali mengunjungi blog tercinta ini. Sayangnya saya melupa password untuk akun pertama, akhirnya saya registrasi ulang. Dan akun itu yang saya pakai hingga saat ini. Ketika itu saya belum kembali menulis, hanya membaca tulisan-tulisan terutama yang berhasil mendapatkan label Artikel Utama sebagai pengganti Headlines. Banyak nama-nama asing yang tidak saya kenal, mereka pun pasti tidak mengenal saya, hahaha.

Banyak sesuatu yang baru yang saya temukan saat itu, selain para pengguna baru juga kanal-kanal baru yang kian beragam pilihannya. Betapa luar biasanya Kompasiana yang memanjakan para blogger untuk menulis sesuai minat dan kemampuan masing-masing. Tak hanya itu, yang membuat saya takjub adalah Kompasiana semakin memberi ruang untuk komunitas-komunitas yang ada di dalamnya. Jika dulu saya hanya ada beberapa komunitas seperti Fiksiana Community, Desa Rangkat, Canting, Planet Kenthir, kini berpuluh-puluh mungkin ratusan komunitas yang tumbuh.

Kembali menulis di Kompasiana jujur rasanya kaku sekali. Dalam Pemilihan diksi harus berulang kali saya baca. Jika dulu saya merasa pintar berfiksi, sekarang saya merasa amat sangat awam untuk menuliskannya. Akhirnya, demi menjaga mental dan mata rekan-rekan yang membaca tulisan fiksi saya, saya mengurangi minat menulis fiksi, dan move on ke tulisan artikel. Setelah menjadi ibu, memang jiwa kepo dan ngomentari segala hal menjadi bakat baru. Dan akhirnya merasa "saya banget" ketika menuliskan opini tentang sesuatu.

Apa yang dikejar dari menjadi seorang Kompasianer?


Headlines/Artikel Utama

Awalnya saya masuk Kompasiana karena ada seorang teman yang menyarankan saya untuk mengalihkan tulisan-tulisan saya di platform milik Kangmas Mark Zuckerberg ke platform blog yang dibuat dan dioperasikan oleh KOMPAS.com ini. Setelah itu mulai tertarik mengejar Headlines / Artikel Utama, walaupun ketika itu banyak juga teman-teman seangkatan yang menyebut saya terlalu "ngoyo" mengejar label itu. Ya, suka-suka saya, dong. Kan itu kepuasan batin saya sendiri, hahhaa.

Freez


Setelah Headlines, saya mulai mengejar yang namanya Freez. Mungkin Kompasianer yang baru belum tahu keberadaan Freez di kala itu. Freez adalah lembar cetak yang secara khusus memuat tulisan terpilih dari para Kompasianer di jaman itu. Freez hanya muncul sekali seminggu. Dan Kompasianer yang tulisannya berhasil masuk cetak akan diberi fee yang nominalnya lumayan. Kalau tidak salah 150-300 ribu. Sayangnya, fasilitas itu tidak bertahan lama. Entah kapan tepatnya, Freez ditiadakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline