Lihat ke Halaman Asli

Ajeng Leodita Anggarani

TERVERIFIKASI

Karyawan

Museum Keraton Sumenep - Ada Raja Sumenep yang Bisa Bicara dari Dalam Kandungan Ibunya

Diperbarui: 19 Agustus 2023   19:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Bulan Juli 2023 lalu, saya mendapat tugas dari kantor untuk mengunjungi area Jawa Timur. Pulau Madura pun masuk dalam daftar kunjungan. Saya begitu bersemangat bisa sampai di pulau ini. Rasa lelah selama 1 minggu berpindah dari satu kota ke kota lain rasanya hilang saat mobil dinas yang membawa saya dan team melintas di Jembatan Nasional Suramadu. Jembatan megah yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Madura ini memiliki panjang 5.438 meter. Jembatan ini nampak mewah jika dilihat pada malam hari karena ada Art Lighting yang katanya mirip dengan tata cahaya gedung pencakar langit Empire State Building di Amerika Serikat.

Selain penghasil garam, apa lagi yang kita kenal dari Madura? Sate, soto, petis, terasi, karapan sapi, nasi bebek sinjay? Apa ada yang tahu bahwa di Madura ada salah satu obyek wisata sejarah yang sangat menarik untuk didatangi?

Yuk, saya ajak jalan-jalan, ya.

Sumenep adalah salah satu kabupaten di Pulau Madura. Sebutan lain untuk Sumenep adalah Kota Keris di Tanah Garam, mengingat Sumenep adalah penghasil keris terbesar di Indonesia.

Beberapa objek wisata yang ada di Sumenep, antara lain : Asta Tinggi (Makam raja-raja Sumenep), Kota Tua Kalianget (simbol kejayaan Madura sebagai salah satu penghasil garam terbesar di Indonesia), Pulau Gili Iyang (dikenal juga sebagai Pulau Awet Muda karena memiliki kadar oksigen tertinggi nomor 2 di dunia) dan Museum Kraton Sumenep.

Dengan alasan waktu yang sempit, saya memilih untuk datang ke Museum Sumenep yang hanya berjarak kurang lebih 1Km dari lokasi kunjungan kerja saya.

dokpri

Museum Kraton Sumenep ini terletak di Jalan DR.Soetomo no.6. Kami tiba di lokasi kurang lebih pukul 2 siang. Pertama kali saya sempat bingung di mana loket masuknya. Karena ada bangunan lain yang kelihatannya jauh lebih besar dari museum itu sendiri dan lebih cepat menarik perhatian. Bangunan itu ternyata tempat menjual cinderamata khas Sumenep.

Loket berada di sisi kanan. Saat itu kami masuk berempat karena saya juga mengajak 3 orang teman kantor. Tarif yang dikenakan cukup murah, hanya 20.000. Jadi terhitung hanya 5.000/orang. Dan tarif itu diperuntukkan untuk kunjungan ke 2 lokasi yaitu, Museum Kraton dan Keraton Sumenep.

Kami ditemani tour guide yang saya lupa siapa namanya (maaf ya pak) usianya saya taksir sekitar 65-70 tahun. Sebut saja namanya Pak Ahmad, ya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline