Dua buah Red Velvet Tart dengan lilin berbentuk 32 dan 37 diletakkan di meja yang sudah dipesan Irene sejak seminggu lalu di toko roti langganan mereka. Ini hari ulang tahunnya, juga hari jadi Bara, pria yang saat ini duduk di sampingnya.
"Make a wish dulu, dong!" ucap Irene sebelum mereka meniup lilinnya bersamaan.
"Pastinya sudah, Sayang. Kamu?"
"Belum. Eh, apa doamu, Mas?"
"Ini tahun ke empat kita meniup lilin bersama, doaku belum berubah. Semoga kamu, cuma kamu dan memang kamu takdirku. Kira-kira doamu apa?"
"Rahasia!" jawab Irene cepat dengan nada yang diusahakan terdengar bercanda.
Irene menutupi sedihnya dengan selengkung senyum palsu kemudian bergelayut manja di bahu prianya. Bahu yang selalu ada untuk Irene, yang menjadi saksi sebulir air mata menetes dari seorang kekasih gelap di malam ulang tahunnya.
*
Semarang, 2016.
Bukan tanpa alasan Irene harus menjejakkan kaki di kota itu. Masalah ekonomi dalam rumah tangganya dengan Banu adalah satu-satunya alasan perempuan itu harus menanggalkan profesinya sebagai ibu rumah tangga.