Apa-apa yang engkau terima selalu ditanam dalam dada. Semuanya. Entah benih baik maupun buruk, tak pernah kau ambil ribut. Seolah kamu tengah tenggelam dalam lautan bisu. Terikat dalam seni keheningan, enggan membuka mulut.
Lalu sampai kapan engkau akan terima dengan ketidakadilan itu? Apa selamanya engkau bermaksud untuk tunduk? Mengalir dalam alur kisah yang dituliskan dengan pena dan tinta darah. Mengabaikan jeritan siksa dari jiwa yang kau paksa kurung dalam jeruji baja.
Dan jika pohon-pohon dari benih tak terpilih itu tumbuh, kau akan berteriak kaku. Terjerat oleh udara tidak sehat dari pohon yang layu. Lalu apa yang bisa kau lakukan pada masa itu? Kau hanya diam dan hanyut dalam gemuruh.