Pemerintah pusat telah mengeluarkan surat keputusan bersama terkait panduan penyelenggaraan pembelajaran semester genap 2021. Berdasarkan surat yang ditandatangani oleh menteri pendidikan, menteri agama, menteri kesehatan dan menteri dalam negeri, disebutkan sekolah tatap muka boleh dilakukan pada Januari 2021. Meskipun begitu Pemerintah daerah tetaplah yang memiliki kewenangan untuk memberikan izin kepada sekolah yang diperbolehkan tatap muka.
Dapat dikatakan pihak pemerintah telah memberikan lampu hijau untuk diadakan sekolah tatap muka lagi, tentu saja dengan tetap memerhatikan protokol kesehatan.
Langkah yang diambil pemerintah kali ini tepat, karena kegiatan belajar mengajar yang efektif harus dilakukan secara langsung.
Bukan tanpa alasan, selama kegiatan belajar di rumah beberapa orang tua dan anak mengalami berbagai kendala. Beban orangtua mencari nafkah pun semakin diperparah dengan adanya anak yang harus belajar di rumah. Orangtua yang selama ini "menyerahkan" masalah pendidikan kepada sekolah, kini harus ikut turun tangan mengawasi, membantu, mengajari dan mendidik anak selama belajar di rumah.
Mungkin memang orang tua tetap harus berperan dalam kebutuhan pendidikan anak, tapi selama masa belajar online di rumah in hampir sekitar 70% kebutuhan pendidikan anak diserahkan kepada orangtua.
Tentu saja orang tua merasa terkejut ketika anak-anaknya harus belajar di rumah, apalagi selama ini tidak pernah melihat atau memerhatikan secara langsung anaknya selama belajar di sekolah.
Di luar itu, anak-anak pun juga merasakan sesuatu yang belum pernah dirasakan selama ini, di mana harus belajar tanpa keberadaan teman-teman di sebelahnya dan keberadaan guru-guru di hadapannya.
Dengan kebiasaan lama yang sudah berpuluh-puluh tahun kalau sekolah adalah bertemu secara langsung dengan guru dan teman-teman tentu saja akan sulit jika harus terus beradaptasi dengan situasi yang baru seperti ini. Cara belajar seperti ini dapat berpengaruh terhadap psikologi dan perkembangan anak itu sendiri.
Pertama, anak-anak dapat merasakan kesepian karena tidak ada sosialisasi secara langsung dengan teman-temannya dan guru yang biasanya didapatkan ketika sekolah langsung.
Proses perkembangan komunikasi dan sosialisasi anak akan sulit jika terus harus dihadapkan dengan sekolah online. Kedua, anak-anak akan sulit memahami pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Alasannya karena anak-anak tidak dapat bertanya, berdiskusi secara langsung dengan teman sebayanya. Selain itu, perkembangan pemahaman anak terhadap materi pelajaran yang diberikan guru pun tidak dapat dipantau oleh guru.
Pertimbangan sekolah tatap muka juga dilandasi alasan oleh sekolah-sekolah yang belum memiliki akses internet yang baik. Sulit sekali bagi sekolah-sekolah yang berada jauh di pelosok-pelosok jika terus diadakan sekolah online. Selama ini anak-anak di pelosok sudah harus berjuang untuk mencapai sekolah dengan berbagai kesulitan yang dihadapi dan sekarang kesulitan itu ditambah lagi dengan perjuangan untuk mendapatkan akses internet yang lebih baik demi bisa sekolah. Jadi, sekolah tatap muka harus segera dilakukan supaya anak-anak di pelosok yang selama masa pandemi ini mengalami kesulitan dapat dimudahkan dalam akses belajarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H