Setiap daerah di Indonesia memiliki beragam seremonial atau ritual adat yang di jalankan sebagai tradisi atau warisan dari leluhur. Seremonial atau ritual adat yang ada, sebagai bentuk kekayaan budaya yang patut dilestarikan. seremonial adat atau ritual tersebut mempunyai bentuk yang berbeda-beda antara kelompok masyarakat yang mendiami suatu wilayah dengan yang lainnya, oleh karena perbedaan tempat tinggal, tradisi yang berbeda-beda yang diwariskan oleh leluhur, tetapi mempunyai maksud dan tujuan yang sama.
Seperti halnya di Lamatou, Desa painapang Kecamatan Lewolema, Kabupaten Flores Timur. Salah satu seremonial adat dari sekian seremonial, ritual yang terjadi di Lewotanah (kampung halaman) Lamatou yaitu Gere Rera Wulan. Gere Rera Wulan pengejawantahan dari mengucap syukur,penghormatan kepada wujud tertinggi,memohon berkat,kekuatan serta perlindungan dari Ratu Rera Wulan, Nini Mete Tanah Ekan. Ratu Rera Wulan, Nini Mete Tanah Ekan tak lain adalah Tuhan Allah dan Leluhur Lewotanah.
Petus Gawa Hewen menuturkan,Seremonial adat Gere Rera Wulan ini berlaku bagi siapa saja atau masyarakat yang dalam kampung yang pada intinya mempunyai niat yang luhur untuk mengikuti seremonial ini. seremonial Gere Rera Wulan ini harus dijalankan pada pagi hari atau siang dan tidak boleh pada sore hari atau malam hari. Ada beberapa momen yang dijalankan seseorang untuk seremonial Gere Rera Wulan ini misalnya, Kelahiran seorang bay,pulang dari tempat perantauan,sembuh dari sakit, terpilih menjadi pemimpin dalam desa yang seperti hari ini kita jalankan.
Seperti yang terjadi pada hari minggu siang (27/12/2015) bertempat di Korke (rumah adat Lamatou) Yohanes Hugu Hewen dan Siprianus Soge Ruron menjalankan seremonial adat Gere Rera Wulan. Seremonial ini dijalankan setelah Yohanes Hugu Hewen terpilih menjadi kepala Desa Painapang Periode 2015-2021 yang dilantik pada tanggal 17 Desember 2015 lalu dan Siprianus Soge Ruron sebagai Sekretaris Desa Painapang. Seremonial ini dijalankan sebagai bentuk ucapan syukur dan sekaligus meminta dukungan, berkat dari Ratu Rera Wulan, Nini Mete Tanah Ekan dan Leluhur Lewotanah agar senantiasa melindungi, membimbing dan menuntun mereka berdua dalam memimpin Lewotanah.
Rangkaian awal seremonial adat Gere Rera Wulan ini ditandai dengan pembersihan diri dengan menggunakan selembar daun Telua, sebutir telur,kebasok dan ilek dan sekaligus memanggil leluhur Lewotanah dengan membawa biji kemiri (kemie) dan wua malu (sirih dan pinang) selanjutnya diucapkan mantra adat oleh Petrus Gawa Hewen sebagai suku penutur untuk memulai rangkaian seremonial adat seperti deso teluk, penyembelihan hewan kurban seperti ayam dan babi. Upacara adat ini dijalankan di nuba nara. Darah babi dan ayam di reciki di gading dan di dahi orang yang Gere Rera Wulan serta ketilo Rie Lima wanan (salah satu tiang sebelah kanan yang ada di korke) yang di percaya sebagai keberadaan Ratu Rera Wulan, Nini Mete Tanah Ekan
Setelah semua kegiatan itu dijalankan tahapan berikutnya adalah Huke. Huke dilakukan oleh empat suku yang diwakili satu orang dalam Koto, Kele, Hurit dan Maran dengan cara mengambil sedikit nasi,daging dan telur dan di taruh di tanah bersama dengan kepala babi dan beberapa biji kemiri yang di simpan dalam kepe wajak (tempat simpan sirih pinang ) suku Hekin. Tujuan dari huke ini adalah suatu kepercayaan untuk memberi makan para leluhur dan kekuatan Lewotanah yang telah dipanggil dan makanan yang selama ini kita makan berasal dari tanah oleh karenanya salah satu bentuk menghargai tanah itu dengan Huke.
Acara berikutnya yaitu nilu yang dilakukan oleh Silvinus Hekin kepada Kepala Desa dan Sekretaris Desa dengan memberikan tanda di dahi dari ampas daging kemiri. dengan tujuan gelete dike geluwo sare artinya memberikan kesejukan kepada orang yang Gere Rera Wulan dan terhindar dari gangguan penyakit.
Langkah selanjutnya yakni menyiapkan Ma'ti (rengki) untuk taku mati pau gotak lei lima bagi Yohanes Hugu Hewen dan Siprianus Soge Ruron. taku mati pau gotak lei lima ini dilakukan oleh Yakobus Ike Hekin sebagai raja tua dari suku Hekin. taku ma'ti pa'u gotak lei lima bertujuan agar dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin Desa selalu menggunakan akal yang jernih,mulut berbicara tentang kebenaran, bekerja sepenuhnya untuk lewotanah dan selalu dalam bimbingan Tuhan, leluhur dan Lewotanah
Seremonial Gere Rera Wulan ini ditutupi dengan makan bersama. Tetua adat dan semua yang hadir terutama laki-laki semuanya mengambil tempat diatas balai-balai korke (rumah adat)dan di akhir makan bersama tetua adat memberikan sedikit petuah untuk Kepala Desa dan Sekretaris Desa.