Bagi sebagian orang, menulis bukan sekadar aktivitas harian atau pekerjaan semata. Menulis adalah sebuah perjalanan jiwa, proses penemuan diri, dan ekspresi perasaan yang mendalam.
Bagi mereka yang telah terbiasa menulis, perasaan rindu untuk kembali ke aktivitas ini kerap kali muncul ketika harus terpisah dari kebiasaan tersebut.
Rindu ini bisa diibaratkan sebagai sebuah benih yang tertanam di dalam hati, menunggu untuk tumbuh dan mekar kembali di atas kertas atau layar komputer.
Menulis adalah sebuah seni yang membutuhkan kepekaan, kesabaran, dan ketekunan.
Ketika seseorang telah terbiasa menulis, ada semacam kedekatan emosional yang terbentuk antara penulis dan aktivitas menulis itu sendiri.
Setiap kata yang tertuang di atas kertas bukan sekadar huruf dan kalimat, melainkan perpanjangan dari pikiran dan perasaan penulis. Inilah yang membuat rindu untuk menulis menjadi begitu kuat dan mendalam.
Rindu untuk menulis sering kali muncul dari dorongan batin untuk mengekspresikan diri.
Pikiran-pikiran yang menumpuk, ide-ide yang terus bermunculan, dan perasaan yang menggelora di dalam hati semuanya membutuhkan media untuk disalurkan.
Menulis menjadi saluran yang efektif dan memuaskan bagi kebutuhan untuk menyalurkan inspirasi.
Ketika seseorang tidak dapat menulis untuk sementara waktu, perasaan rindu ini kian menguat, seperti air yang tertahan di bendungan, menunggu waktu yang tepat untuk mengalir deras.