Di belakang jenazah,
Engkau,
Berlari kecil menatap duka berkepanjangan,
Rindunya terlempar abadi,
Di sepanjang jalan menuju pemakanan,
Kawan.
Dibelakang jenazah,
Engkau,
Menahan riak manis dari sebuah keadaan,
Mengantongi takdir yang sudah diumumkan,
Saku robek bukan jadi alasan,
Kawan.
Di belakang jenazah,
Kami,
Menenangkan rindu abadi,
Bukan hanya saat ini, lusa, atau pun nanti,
Tanyamu kenapa,
Rindumu abadi.
-Surakarta, Toat Kurniawan.