Lihat ke Halaman Asli

Protes dari Dunia Lain

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sehabis menonton film "?" besutan Hanung Bramantyo, aku menyesal karena sampai hari ini terus-menerus bertanya, kira-kira judul apa yang cocok untuk film itu? Sedang enak-enak melamun di teras rumah mencari-cari ide judul film--siapa tahu dapat hadiah 100 juta--sekelebat bayangan putih tiba-tiba bergerak ke arahku. Jam menunjuk pada angka 2. Gandrik. Sudah jam dua dini hari.

Ternyata yang datang adalah Kuntilanak. Rambutnya panjang terawat seperti rambut Titi Sjuman yang bintang iklan sampo itu. Kain putih yang digunakan pun cukup bersih dan wangi. Kelihatannya habis dicuci di laundry samping kuburan dekat pos satpam itu.

"Kok munculnya mengagetkan, Mbak?" Sapaku.

"Iya, maaf kalau begitu. Biasanya orang keburu lari ngelihat saya. Biar sampeyan enggak lari, saya cepat-cepat berkelebat duduk di kursi sebelah sampeyan," katanya sambil mesam-mesem. Di kalangan kuntilanak mungkin si Mbak ini termasuk yang blasteran. Wajahnya mirip Rianti Cartwright. Hihihihihihi.

"Ada apa tha, Mbak, kok sampe keluar di luar jadwal? Biasanya malam Jumat Kliwon, 'kan? Tumben," kataku.

"Terus terang saya tersinggung, Mas," katanya sambil merapikan kain yang menutupi lengan tangannya,"Saya mewakili dunia hantu, yakni para dedemit, wewe, genderuwo, sundel, pocong dan segala macamnya ingin mengirimkan somasi kepada para produser dan sutradara yang telah memanfaatkan nama kami hanya untuk mengeruk keuntungan."

"Lho, bukannya malah terkenal karena namanya tercantum dalam banyak film, Mbak?" Tanyaku agak heran, "Kemarin si Briptu Norman saja terkenal lho, padahal hanya karena satu file video di YouTube. Nah, sampeyan yang namanya dicatut dalam banyak sekali film di Indonesia, pasti lebih terkenal 'kan?"

"Iya, Mas. Tetapi bukan itu masalahnya. Kami itu 'kan kodratnya menakutkan, bukan?"

Aku mengangguk. Bulu kudukku merinding teringat bahwa di hadapanku ini seorang eh, sesosok kuntilanak.

"Lha, dalam film-film itu, kok kami ditampilkan dengan cara yang gegabah. Acapkali dengan cerita yang ora nggenah. Masak ada hantu suster yang senang keramas? Lalu, masak ada juga hantu puncak yang sedang datang bulan? Dunia hantu tidak mengenal itu istilah datang bulan segala."

"Hmmmmm ...," aku mengernyitkan alis sambil berpikir, "lantas maunya Mbak itu bagaimana?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline