Setelah Rasulullah selesai menunaikan shalat subuh berjamaah dalam keadaan sakit, beliau masuk ke rumah. Allah memberi perintah kepada Malaikat Maut bahwa, “turunlah engkau kepada kekasih-Ku dengan rupa yang sebagus-bagusnya dan bersikap lemah lembutlah kepadanya dengan menggenggam ruhnya. Apabila ia telah memberi izin kepada engkau, maka barulah engkau boleh masuk ke dalam rumahnya. Tetapi apabila ia tidak memberi izin maka janganlah engkau masuk dan kembali sajalah!”
Maka turunlah Malaikat Maut (Izrail) ke dunia dengan roman rupa seorang Arab. Lalu mengucapkan salam, dan Fatimah hanya menjawab, “Hai hamba Allah, sesungguhnya Rasulullah sedang sibuk dengan dirinya!”. Kemudian Malaikat Maut menyerukan salam untuk kedua kalinya, dan Nabi mendengar suara itu, maka ia bertanya, “Hai Fatimah, siapakah itu gerangan yang berada di pintu?”
“Seorang lelaki Arab memanggil Ayah, telah aku katakan bahwa Rasulullah repot dengan dirinya sendiri. Kemudian orang itu memanggil sekali lagi dan telah saya beri jawaban yang sama, tetapi ia memandang kepadaku, maka tegak meremanglah bulu roma kulitku, takutlah hatiku, gemetar segala tulang persendianku dan pucatlah wajahku”, jawab Fatimah.
Maka Rasulullah berkata, “Tahukah engkau siapakah sebenarnya orang itu ya, Fatimah? “Tidak tahu, Ayah”, sahut Fatimah. Berkatalah Rasulullah Saw, “Itulah dia pemusnah segala kelezatan hidup, pemutus segala kesenangan, penceraiberaikan persatuan, perubuh rumah tangga, dan penambah ramainya penghuni kubur”.
Mendengar itu, menangislah Fatimah dengan tangisan yang keras, dengan penuh rasa duka yang mendalam ia pun meratap, “Wahai! Akan meninggal kiranya penutup para Nabi..wahai bencana akan berpulang kiranya orang takwa terbaik..dan akan lenyaplah pemimpin dari segala tokoh orang suci..Ah, celaka! Pasti terputuslah wahyu dari langir..akan terhalanglah aku dari mendengar kata-kata ayah mulai hari ini..dan aku tidak pernah lagi mendengarkan salam ayah sejak hari ini..”
Mengengar tangisan putrinya, Beliaupun berkata, “Ya Fatimah! Engkaulah keluargaku yang pertama kali menyusul aku”. Dan kemudian Rasulullah berkata kepada Malaikat Maut yang sedang menunggu di luar. “Silakah engkau masuk wahai Malaikat Maut!”
Setalah mengucapkan salam dan maksud kedatangannya, Rasulullah bertanya, “Ya Izrail, dimana engkau tinggalkan Jibril?” “Saya tinggalkan dia di langit dunia dan para Malaikat senantiasa memuliakannya”. Jawab Malaikat Izrail.
Tidak berapa lama kemudian, datanglah Jibril, dan duduk di dekat kepa Rasulullah. “Apakah engkau tidak tahu, bahwa perintah telah dekat?” Tanya Rasulullah kepada Jibril. “Benar ya, Rasulullah!” sahut Jibril.
“Gembirakanlah saya! Apakah gerangan kehormatan yang kiranya akan saya peroleh di sisi Allah?” Tanya Rasulullah. “Sesungguhnya pintu-pintu langit telah dibuka, dan para Malaikat telah siap berbaris berjajar menunggu kedatangan ruh engkau menuju langit. Pintu-pintu surga telah dibuka serta para bidadari telah berhias berdandan untuk menyongsong kedatangan ruh engkau”. Ungkap Jibril.
“Alhamdulillah”, jawab Nabi Saw yang kemudian berkata, “Ya, Jibril! Gembirakanlah aku, betapa keadaan umatku nanti di hari Kiamat?” “Aku beri engkau kabar gembira, bahwa Allah Swt telah berkata, “Sesungguhnya Aku (Allah) telah mengharamkan surga bagi semua Nabi sebelum engkau memasukinya terlebih dahulu, dan Allah mengharamkan pula surga itu kepada sekalian umat masnusia sebelum umat engkau terlebih dahulu memasukinya.” Jawab Jibril.
“Sekarang barulah senang hatiku dan hilang resahku” ucap Nabi Saw yang selanjutnya menghadapkan wajahnya kepada Malaikat Maut sambil berkata, “Ya Izrail, sekarang mendekatlah kepadaku!” Maka mendekatlah Malaikat Maut mengadakan pemeriksaan untuk menggenggan ruhnya Nabi Saw.