Aksara itu kini ku kenal jejaknya
Melewati ruang pikiranku dan menari-nari di dalamnya
Dahulu ia hanya terdiam dan terpaku kaku di depan pelupuk mata
Dan langkahku semakin berirama semenjak itu
Terbesit kisah lalu nan sendu
Suaranya begitu sejuk menentramkan berbagai jiwa yang membara
Menyatukan pandangan berwarna dari tiap pemilik raga
Harmoni itu terdengar merdu menyusuri tiap jengkal dinding kelas yang rapuh
Terik mentari dari celah-celah atap menyambut wajahnya yang bercahaya
Memancarkan ilmuNya yang agung tanpa sedikitpun redup melangkahi
Kau biarkan tubuh kurusmu menopang kata-kata yang tak kunjung bertepi
Kau biarkan tangan rentamu mengayun indah melukiskan huruf yang sarat makna
Peluhmu menetes pelan membisikkan pesan keikhlasan
Senyummu mengembang disetiap sorot mata tajam kebencian
Dan syairmu membawaku kembali terjaga
Terjaga dari besarnya kuasa Sang Mahakuasa
Wahai guruku, kini duduklah dengan nyaman
Sandarkan bahumu dikursi singgasana pemberianku
Cukup tajamkan kembali bolamatamu
Dan lihatlah bunga yang dulu kau tanam dan rawat setiap hari
Wahai guruku, bersama ini teriring rasa terimakasihku
Bersama ini ku lukiskan penghargaanku
Meski tak akan pernah sampai tangan ini membalasnya
Namun Dia tlah menetapkan janjiNya bagimu
Surakarta, 14 Maret 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H