Lihat ke Halaman Asli

Bagimu Guruku, Teriring Terimakasihku

Diperbarui: 25 Juli 2015   13:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aksara itu kini ku kenal jejaknya
Melewati ruang pikiranku dan menari-nari di dalamnya
Dahulu ia hanya terdiam dan terpaku kaku di depan pelupuk mata
Dan langkahku semakin berirama semenjak itu

Terbesit kisah lalu nan sendu
Suaranya begitu sejuk menentramkan berbagai jiwa yang membara
Menyatukan pandangan berwarna dari tiap pemilik raga
Harmoni itu terdengar merdu menyusuri tiap jengkal dinding kelas yang rapuh

Terik mentari dari celah-celah atap menyambut wajahnya yang bercahaya
Memancarkan ilmuNya yang agung tanpa sedikitpun redup melangkahi
Kau biarkan tubuh kurusmu menopang kata-kata yang tak kunjung bertepi
Kau biarkan tangan rentamu mengayun indah melukiskan huruf yang sarat makna

Peluhmu menetes pelan membisikkan pesan keikhlasan
Senyummu mengembang disetiap sorot mata tajam kebencian
Dan syairmu membawaku kembali terjaga
Terjaga dari besarnya kuasa Sang Mahakuasa

Wahai guruku, kini duduklah dengan nyaman
Sandarkan bahumu dikursi singgasana pemberianku
Cukup tajamkan kembali bolamatamu
Dan lihatlah bunga yang dulu kau tanam dan rawat setiap hari

Wahai guruku, bersama ini teriring rasa terimakasihku
Bersama ini ku lukiskan penghargaanku
Meski tak akan pernah sampai tangan ini membalasnya
Namun Dia tlah menetapkan janjiNya bagimu

Surakarta, 14 Maret 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline