Lihat ke Halaman Asli

Kawanku, Inilah Catatan Terakhir Dariku

Diperbarui: 25 Juli 2015   11:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semester VIII, ya semester akhir bagi kita para calon ibu guru Fisika. Bagaimana kabar hati kalian detik ini, wahai kawanku? Kenapa tanya hati? Karna aku tahu keadaan pikiran kalian, dan kita sama-sama dalam keadaan itu. Hehe

Mengingat kita, jadi ingat 3 momok mahasiswa tingkat akhir Pendidikan Fisika UNS, ya Labfis, Semfis, dan Skripsi. Nikmat sekali bukan, kawanku? Tenanglah, ini semua adalah ilmu, dan bukan untuk ditakuti dan dibenci. Justru yang harus kita takuti adalah ketika kita sedikit tersandung, lalu berhenti, putus asa, dan tak mendapatkan ilmu apa-apa. Nikmati saja ilmu yang sedang kita selami, sebelum kita menjajaki ilmu baru yang tentunya lebih menantang dari ini semua.

Ingatlah dialog ini, “kalian jenuh dengan situasi ini? Kalian ingin segera terlepas dari situasi ini?”. Maka jawabannya adalah, “tak ada jalan lain selain mengubahnya dengan tangan kalian sendiri. Bergerak lah, dan berlari ! Waktu tak akan pernah mau menunggu. Kejarlah ! Kejar walau dengan luka, darah, bahkan hinaan. Lihatlah di sana ada Rabb-mu yang sedang menanti usahamu, menanti dirimu untuk melangkah ke tingkat yang lebih tinggi”.

Ingatlah, wahai kawanku ! Keadaan ini ibarat samudra yang harus kita sebrangi. Ada yang menyebranginya menggunakan perahu dan mendayungnya pelan. Ada yang menggunakan kapal pesiar, ada yang menggunakan pesawat, ada yang hanya menggunakan rakit, bahkan ada yang menyebranginya dengan berenang. Namun, tak sedikit pula yang hanya berdiam diri menunggu bantuan datang.

Walaupun berbeda cara kita, tetapi tujuan kita adalah sama. Bisa kita lihat kan? Semua yang membedakan hanyalah tekad, usaha, dan tentunya doa. Allah Maha Mengetahui segala hal, janganlah khawatir tentang hasil. Khawatirlah ketika kita gagal dan menyerah dalam prosesnya. Kita mengejar ilmu-Nya, bukan gelarnya. Kita mencari keridhoan-Nya, bukan pangkatnya.

Ayo kita berlari, menuju awan senja di sana! Tidakkah kalian penasaran apa yang ada di balik awan jingga itu, wahai kawanku? Ingat, kita sudah ditunggu untuk menjadi seorang ibu, ibu bagi murid-murid kita dan tentunya ibu bagi anak-anak kita.

Tak akan ada coretan lagi setelah coretan terakhir ini, kawanku...

Yang ku tunggu adalah coretan karya kita semua, sebagai seorang pendidik sejati dan ibu yang dibanggakan anak-anaknya.

Surakarta, April 2015




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline