Lihat ke Halaman Asli

Seruan Hati Untuk Ibu

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku memanggilnya dgn sebutan 'mama', mungkin ini juga kata pertama yang keluar dari bibirku. 9 bulan ia mengandungku, membawa beban berat di perutnya, sakit mungkin sudah biasa baginya, sulit bergerak mungkin akan membuatnya terbiasa. 9 bln sudah dilalui dan tibalah saat yang paling meneganggkan, mama rela memperatruhkan nyawanya, menahan sakit yang begitu hebatnya agar aku dapat terlahir di dunia ini. Perjuangannya tidak sampai di situ saja, setiap malam aku menangis dan ia rela bangun di tengah malam untuk melihat keadaanku. Ia mengajariku cara berjalan, ia yang menopangku saat aku terjatuh. Ia yang selalu menyuapiku walaupun harus menunggu begitu lamanya aku mengunyah. Dia yang tanpa bosan menunggu aku saat aku baru masuk sekolah. Aku pun beranjak dewasa, mungkin aku mulai membangkang. Marah, itu mungkin sudah biasa bagiku. Pertama aku kesal dengan ia yang selalu marah, melarang aku melakukan ini itu, yang tak pernah segan untuk menghukumku. Tapi, semakin aku dewasa aku sadar, marah itu adalah luapan kasih sayangnya yang khawatir aku akan jatuh di kesalahan yang sama, larangan itu adalah cara untuk memberitahuku mana yang baik dan mana yang buruk, dan hukuman itu adalah cara mendidik aku agar menjadi kuat dan mengerti apa arti tanggung jawab. Aku salah menilaimu, engkau adalah orang yang selalu siap mendengarkan keluh kesahku, engkau yang mengajarkan aku apa arti perjuangan, engkau yang mengajarkan aku bagaimana cara menjadi wanita yang sesungguhnya. Aku tidak akan pernah bisa membalas perjuangan dan pengorbananmu, ma. Aku hanya bisa berterima kasih lewat tulisan ini. Maafkan aku kadang aku membuatmu marah dan kecewa. Aku bangga memilikimu, aku bangga bisa memiliki sosok wanita seperti dirimu. you aren't PERFECT but you are the BEST.. love u mom.. -tamz-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline