Lihat ke Halaman Asli

Curhat

Diperbarui: 14 Agustus 2019   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hai sohibku!
Kemari dan datangi aku
Ada sesuatu yang mengganjal dalam dada ini
Diriku ingin memulai curahan hati

Maka duduk dan dengarkanlah uneg-uneg ku ini
Hariku sedang memasuki musim semi
Berbunga-bunga dalam hati
Panah cinta tepat menusuk dalam dada

Membuatku jatuh hati pada puteri sahaya
Dia hanya orang biasa
Bukan konglomerat apalagi anak penguasa
Khimarnya saja tidak sama dengan kepunyaan puteri raja

Wahai sohibku!
Kalau aku boleh mengibaratkan
Dirinya laksana mawar biru
Di tengah badai salju

Sangat menawan namun penuh tantangan
Wajahnya merah seperti Humairah
Namun dia bukanlah Sayyidah Aisyah
Senyum di wajahnya selalu menyejukkan kalbuku

Hai sohibku!
Kau pasti tahu kan?
Bahwasanya tiada kompetisi yang tidak bisa aku kuasai
Baik itu antar kelurahan ataupun antar perhimpunan

Namun kali ini gelisah berbisik dalam dada
Memperingatkan kalau aku tidak mampu berkompetisi disini
Setiap aku di dekatnya

Aku menjadi orang dungu
Tidak berani menantang
Tidak berani pula untuk hengkang

Sohibku!
Kuberitahu rahasiaku
Setiap dua pertiga malam
Aku bangun untuk menghadap Tuhan semesta alam

Mulut ini ratib mensyahdukan asma-Nya
Merayu Sang Pencipta
"Berikan dia yang terbaik, Wahai Tuhanku!" Isi doaku
"Wahai Tuhanku! Jadikan diriku hamba terbaik di sisi-Mu" Rayu atmaku




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline