Lihat ke Halaman Asli

Mafia Pencuri Zamzam di Bandara Soetta

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya jadi tertarik untuk ikutan sharing mengenai Kekejaman Bandara Soetta terhadap TKI. Terima kasih Kompasiana yang spesial membuat Liputan Khusus untuk topik ini.

Ini pengalaman tahun 2010. Waktu itu saya mudik ke Jakarta bersama isteri dan 3 anak saya. Karena saya berangkat dari Jeddah, saya berhak membawa jerigen zamzam isi 20 liter per penumpang. Makanya saya membawa 5 jerigen karena saya sekeluarga membeli 5 tiket. Waktu itu saya menggunakan pesawat Emirates yang transit di Dubai.

Sampai di Bandara, Alhamdulillah tidak ada kesulitan berarti dari petugas imigrasi. Saya sebenarnya berpakaian biasa saja, dan passport saya adalah Passport TKI yang dikeluarkan oleh Subdit Doklan TKI Tangerang. Proses cap passport tidak masalah sama sekali, mungkin karena saya bermuka intelek (kalau lawakan Srimulat; intelek itu artinya in = di dalam, telek = kotoran ayam; jadi intelek = di dalam kotoran ayam…. He..he..he…).

Tapi saya dipersulit ketika menunggu bagasi di conveyor belt. Semua koper saya sudah keluar, tapi 5 jerigen zamzam saya tidak keluar sama sekali. Akhirnya isteri saya melongok ke dalam gudang pengeluaran bagasi, tempat koper-koper diangkat ke conveyor belt. Dari jendela kecil tempat keluar koper tsb, isteri saya bisa melihat bahwa 5 jerigen tsb cuman diletakkan saja di lantai tanpa dipedulikan.

Isteri saya berteriak “Pak, itu jerigen zamzamnya diangkat dong !”

Dari dalam gudang, sang petugas melongok ke luar “Ini zamzam Ibu ?”

Isteri saya menjawab “Iya, 5 jerigen itu zamzam milik saya semua.“

Petugas menjawab “Ibu harus ke dalam sini dulu.”

Isteri saya langsung naik pitam “NGAPAIN SAYA HARUS KE DALAM? ITU KHAN BARANG BAWAAN SAYA! MEMANGNYA SAYA HARUS MERANGKAK LEWAT JENDELA SEMPIT INI??”

Muka sang petugas merah padam. Barulah sang petugas mau mengangkat 5 jerigen zamzam tsb ke conveyor belt, sehingga kami bisa mengambilnya secara normal.

Entah apa yang diinginkan oleh sang petugas bagasi di dalam ruangan. Mengapa mereka menahan-nahan jerigen zamzam kami. Apa urusannya? Kami sudah membayar tiket yang di dalamnya ada fasilitas handling bagasi. Mengapa bagasi kami harus ditahan di ground-handling?

Setelah kejadian tsb, saya banyak dapat cerita sejenis. Ternyata banyak jerigen zamzam tidak muncul di conveyor belt bandara Soetta. Pokoknya kalau Anda bukan dari rombongan travel umroh, para petugas tsb enggan mengangkat zamzam anda. Sudah banyak para mukimin yang kehilangan jerigen zamzam di bandara Soetta. Ada yang kehilangan 1-2 jerigen (misalnya bawa 4 jerigen, cuman muncul 2 jerigen di belt), tapi ada juga yang kehilangan semua jerigennya. Pada umumnya mereka tidak melaporkan ke petugas karena koper mereka utuh dan selamat.

Tapi coba sekarang dihitung. Satu jerigen zamzam 20 liter itu berharga sekitar 300 ribu rupiah di Jakarta. Kalau dalam satu penerbangan ada 10 jerigen ditilep sama petugas, maka kerugian penumpang sekitar 3 juta rupiah per penerbangan.  Padahal dalam satu hari, mungkin ada beberapa penerbangan dari Saudi. Tidak hanya yang direct flight dari Saudi, tapi juga yang dari UAE, Qatar, dsb. Kehilangan jerigen zamzam di bandara Soetta telah merugikan penumpang ratusan juta rupiah per bulan.

Anyway, setelah saya membaca berbagai blog Kompasianer dalam liputan khusus ini, saya ingin mengatakan “TKI/TKW, JANGAN PULANG KE BANDARA SOETTA…. Carilah penerbangan alternatif seperti Jeddah-Singapore-Bandung, Doha-Singapore-Solo, Dubai-KL -Medan, Abu Dhabi-KL-Denpasar, dsb”  Apakah Anda setuju?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline