Matahari belum muncul, ketika dering HP di meja belajar mengagetkanku. Kulihat ternyata panggilan dari Teh Ina, kakak pertamaku yang tinggal bersama Bapak dan Mamah. Cepat-cepat kuangkat panggilannya.
"Iya, Teh?" Langsung saja aku bertanya. Tak biasanya, kakakku ini telpon di pagi hari.
"Din, Bapak ngga ada, Mamah nangis di kamar!" Kata Teh Ina. Terdengar nada panik dalam kalimat-kalimatnya.
"Hah! Kok bisa, kemana? Masa ga ada yang tahu?" Jawabku kaget. Tak masuk akal, bapakku tiba- tiba tidak ada di rumah lepas Subuh.
"Iya, tidak ada dimana-mana, Teteh sudah menyusul ke mesjid."
"Terus?" Lanjutku.
"Tidak ada, menurut Pa Gondrong, Bapak sudah pulang sehabis sholat jamaah,"
"Teteh sudah cari kemana saja?" Tanyaku lagi.
"Kandang ayam, rumah anggrek dan halaman belakang, biasanya Bapak di situ jika tidak ada di rumah."
"Ayo ke sini, bantu Teteh menenangkan Mamah!" Kata Teh Ina panik.
"Iya nanti ya, habis antar Kaka sekolah ya, Bapa ga akan kemana mana Insya Allah!" Jawabku berusaha menenangkan hati Teh Ina. Setelah menutup percakapan sebenarnya ada rasa khawatir yang begitu besar di hati mengenai Bapak.