Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Jeritan Hati Seekor Burung Gagak

Diperbarui: 6 Januari 2025   04:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: depositphoto.com

Apa Dosaku Wahai Manusia 

Aku tidak memilih dilahirkan sebagai seekor burung Gagak . Seandainya aku boleh memilih, pasti aku akan memilih dilahirkan sebagai seekor burung Merak atau sebagai seekor burung Seagull yang putih bersih.

Atau sebagai seekor burung Kutilang yang dengan suaranya yang merdu menyebabkan manusia mau beli dengan harga fantastic 

Sedangkan diriku yang malang ini setiap kali mencoba menyanyi untuk menghibur manusia, malahan diusir. Tidak jarang dilempar dengan batu.

Dokumentasi pribadi 

Aku sungguh sangat iri menyaksikan betapa Oma menyayangi burung burung Seagull  , diberikan makanan.

Aku sudah berusaha untuk menyanyi. Tetapi suara yang keluar sama tidak menarik. Malahan anak anak manusia bilang,suaraku mirip dengan suara kuntilanak.

Setiap hari aku meratapi nasibku. Bahkan seekor burung Gereja lebih disayangi dibandingkan dengan diriku 

Apa salah diriku? Apa dosaku? Bagaimanapun aku berusaha untuk menyanyi dengan baik, tetap saja diusir 

Sumpah serapah:"Pergi kamu gagak sialan" Dan jendela ditutup rapat rapat. Anak anak kami bertanya:" Ibu.mengapa kita dibenci manusia?" Aku hanya dapat menangis.

Air mataku sudah mengering  Aku bagaikan sudah putus asa, memikirkan nasibku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline