Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Anak Bukan Bagian dari Life Investment

Diperbarui: 15 Agustus 2024   06:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto tempo dulu bersama ketiga anak kami | Dokumentasi pribadi

Hindari Pola Pikir yang Keliru 

Pola pikir orangtua tempo dulu rerata: "Sewaktu anak masih kecil, dipelihara dan dibesarkan oleh orangtua. Bahkan, dengan susah payah bekerja keras demi membiayai pendidikan anak anak. Kelak ketika anak anak sudah dewasa, maka kewajiban mereka menjaga dan merawat orangtua."

Salah satu alasan, adalah tempo dulu, anak anak walaupun sudah menikah tetap tinggal di rumah orangtua. Karena tinggal satu rumah dengan orang tua, maka tidak ada masalah, bila orangtua ikut makan bersama keluarga. Tidak masalah juga menyapa orang tua setiap hari.

Zaman Sudah Berubah 

Tetapi hidup bersifat dinamis, bergerak dan berubah dari waktu ke waktu. Kini anak-anak yang sudah menikah, hidup terpisah dari rumah orangtua. Bahkan boleh jadi berbeda kota dan daerah.  

Sebagai contoh nyata adalah dalam keluarga inti kami berdua. Putra pertama di Western Australia, Putra kedua di Jakarta dan Putri kami di New South Wales. 

Kapan kami mau duduk makan bersama? Begitulah yang terjadi dalam kehidupan orangtua yang anak-anak mereka sudah menikah dan hidup secara terpisah pisah 

Sehingga tidak memungkinkan lagi bagi anak-anak untuk menjaga dan merawat orangtua, seperti yang terjadi tempo dulu, semasa seluruh keluarga termasuk yang sudah menikah tetap tinggal bersama di Rumah Gadang.

Anak-anak yang sudah menikah sibuk bekerja keras untuk menghidupi anak-istri. Pulang ke rumah sudah malam dan seterusnya. 

Nah, Pola pikir bahwa anak-anak adalah investasi untuk masa tua orangtua sudah out of date. Membesarkan dan mendidik anak adalah kewajiban orangtua. Anak-anak bukan merupakan Life Investment.

Bila pola pikir "Anak adalah investasi untuk masa tua" maka kelak akan menuai kekecewaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline