Agar Tidak Mati Rasa
Dalam perjalanan hidup ini sering menyaksikan di kota kota besar,orang tua terjatuh dijalan. Mungkin karena phisik yang sudah melemah. Tapi tidak ada yang tergerak hatinya untuk membantu? Berbeda dengan bila yang jatuh adalah seorang wanita muda dan cantik. Bergegas orang datang menolong. Bahkan yang sedang mengemudikan kendaraan,mau menghentikan kendaraan nya untuk menolong. Mungkin kedengarannya tidak sedap, tapi mau apa lagi bila hal ini sebuah kenyataan.
Hal ini disebabkan orang sudah kehilangan kepekaan suara hati.
Suara Hati adalah The voice of God
Ungkapan "hati nurani adalah suara Tuhan" sering digunakan dalam konteks etika dan moralitas. Secara umum, ini mengacu pada keyakinan bahwa hati nurani seseorang adalah panduan internal yang memberikan petunjuk tentang apa yang benar atau salah. Bila kita melakukan kesalahan maka pikiran kita berusaha mencari kambing hitam untuk pembenaran diri. Tapi hati nurani akan menegur kita. Tentu bilamana hati nurani masih terjaga kepekaan nya
Istilah "suara Tuhan" di sini digunakan secara metaforis untuk menyatakan bahwa hati nurani kita adalah sumber pengetahuan moral yang mendalam. Yang tidak termasuk dalam mata pelajaran di sekolah manapun.
Ketika seseorang mengatakan bahwa hati nurani adalah suara Tuhan, mereka percaya bahwa hati nurani itu sendiri adalah cara Tuhan berbicara kepada manusia untuk membimbing mereka dalam mengambil keputusan moral.
Memang perlu dipahami bahwa ungkapan ini berasal dari keyakinan dan pandangan pribadi, dan berbeda-beda dalam berbagai tradisi agama dan kepercayaan.
Tidak semua orang memiliki pandangan yang sama tentang hati nurani atau cara Tuhan berkomunikasi dengan manusia.
Dalam konteks yang lebih luas, beberapa orang mungkin menggunakan ungkapan tersebut sebagai pernyataan kuat untuk menekankan pentingnya mendengarkan suara hati nurani dalam pengambilan keputusan etis. Ini menggarisbawahi pentingnya introspeksi, moralitas pribadi, dan bertindak sesuai dengan apa yang kita yakini benar secara moral.